Mengenai RAW Dalam Fotografi

Kalau Anda baru saja membeli kamera DSLR atau Prosumer model terbaru, mungkin Anda akan sedikit kebingunan melihat ada paling tidak tiga pilihan file untuk hasil pemotretan. RAW, JPG, atau RAW+JPG. Benar tidak ?

Coba cek kamera yang baru Anda beli, karena kalau keluaran terbaru, biasanya opsi ini sudah tersedia. Kamera prosumer saya saja sudah memiliki opsi ini.

Nah, kalau file dengan format JPG (Joint Photographic Group) tentu sudah biasa kita lihat. Ini adalah jenis format dari banyak sekali image atau foto yang beredar di dunia maya, selain PNG (Portabel Network Graphics) atau TIF (Tagged Image Format).

Lalu kalau RAW? Apa itu? Apa fungsinya?

Apa itu RAW?

Sebelum Anda capek-capek mencari arti dari singkatan itu, saya beritahukan kepada Anda untuk membuka saja kamus bahasa Inggris. Serius, artinya ada disana kok.

RAW itu artinya “mentah”. Kalau tidak percaya, buka saja Kamus Bahasa Inggris yang manapun, rasanya artinya sama.

Arti yang sama berlaku dalam fotografi.

RAW bukanlah singkatan dari apapun, artinya memang persis seperti arti yang tertulis dalam kamus. Tidak berbeda sediktpun. Mentah, bahan baku, dan atau bahan yang belum diolah, itulah maknanya dalam fotografi.

Banyak dari kita tidak menyadari bahwa kamera digital adalah sebuah komputer mini. Di dalamnya terdapat sensor, prosesor dan peralatan lain yang dipergunakan untuk mengolah data. Data yang terekam melalui lensa akan melalu beberapa tahap pemrosesan sebelum hasilnya ditampilkan di layar LCD dalam bentuk foto.

Nah, ketika kita memotret, sebenarnya semua data itu tersimpan dulu dalam sebuah bentuk file yang namanya RAW, alias mentah. File jenis ini mirip dengan “negatif film” seperti dulu ketika memotret masih menggunakan roll-an film.

Barulah setelah “negatif filmnya” kamera digital tersedia, komputer mini dalam kamera digital akan memberikan berbagai hal lain, seperti warna yang sesuai dengan standar yang disetting oleh pabrik pembuatnya.

Sama halnya seperti negatif film, file RAW tidak bisa dilihat seperti foto. Bentuknya masih benar-benar mentah dan jauh berbeda dengan foto yang biasa kita lihat. Untuk bisa melihatnya diperlukan software khusus. Coba saja Anda lihat negatif film jaman dulu. Kira-kira begitulah RAW, tetapi dalam bentuk digital.

Apa guna RAW?

Buat orang awam, tentu akan bertanya mengapa harus memotret menggunakan RAW? Kalau memang sulit untuk dilihat dan butuh proses lanjutan, mengapa harus dibuat?

Memang sih, kalau bisa simple, mengapa harus ruwet? Iya tidak sih.

Tetapi, sayangnya bagi orang-orang kreatif, file JPG sangat membatasi otak mereka yang kreatif.

File JPG, adalah versi yang sudah jadi, tetapi berdasarkan standar yang sudah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya. Ingat ya, JPG itu berasal dari RAW yang mengalami proses lanjutan secara otomatis yang disiapkan oleh para insinyur di pabrik pembuatnya, entah dimana.

Jenis file ini susah diutak-atik karena sudah fix. Memang berbagai software foto-editting mampu melakukan perubahan, tetapi tidak semuanya, tetap ada keterbatasan.

Sebaliknya, file bentuk RAW karena benar-benar masih mentah, ruang untuk melakukan modifikasi, perubahan, dan sejenisnya terbuka sangat luas. Orang-orang kreatif ini bisa menuangkan keinginan, ide, pemikiran tentang hasil foto yang diinginkannya dengan lebih leluasa.

Tentu saja, dengan memakai software tertentu.

Dalam banyak hal, memotret dengan mode RAW sangat membantu bagi para artis atau desainer yang memerlukan ruang lebih untuk otak-otak kreatif mereka.

Yang harus diperhatikan tentang RAW

* Ukuran filenya relatif lebih besar dibandingkan dengan file JPG, sekitar 2 kali lipat Kapasitas memory card yang ada di kamera bisa cepat habis.

* Untuk melihat hasilnya butuh keahlian tersendiri dalam mengolahnya memakai software terpisah.

* Hasil akhirnya tidak sama dengan apa yang terlihat saakarena lebih merupakan perwujudan dari ide yang ada di kepala