Memotret Dengan Gaya Genre Berbeda Bukan Hal Yang Mudah

Memotret Genre Yang Berbeda Bukan Hal Yang Mudah
In frame : Hendy JHermawan – Anton Ardyanto

Ada sedikit salah pengertian atau salah kaprah dalam masyarakat terkait fotografer. Banyak orang berpandangan bahwa yang namanya fotografer itu harus bisa memotret semua obyek dengan sama baiknya. Mau obyeknya berupa manusia, makanan, binatang, pemandangan, atau apapun seorang fotografer seperti dituntut untuk bisa menghasilkan foto yang bagus.

Padahal sebenarnya tidak demikian. Memotret dengan genre yang berbeda merupakan sebuah tantangan yang luar biasa besar bagi seorang fotografer.

Misalkan seorang fotografer yang terbiasa memotret model cantik, kemudian diminta meliput sebuah acara ulang tahun, sangat mungkin hasilnya tidak akan memuaskan. Situasi yang sama juga akan terjadi jika seorang fotografer terbiasa merekam pemandangan indah (landscape), kemudian diminta mengabadikan kecantikan seorang model, bukan tidak mungkin hasilnya bikin gatel mata.

Hal seperti ini umum terjadi jika seorang fotografer diminta membuat foto di genre yang berbeda.

Mengapa?

Kredit Foto : Arya Fatin Krisnansyah

Ada banyak faktor yang membuat hal ini bisa terjadi, seperti

Pengetahuan : setiap genre memerlukan pengetahuan yang berbeda, contohnya memotret model manusia biasanya memakai aperture terlebar (f 1.8 atau lebih lebar), sedangkan memotret landscape membutuhkan aperture kecil f5.6 ke atas

Pengetahuan yang diperlukan untuk memotret obyek, sebenarnya berbeda satu dengan yang lain. Tidak mungkin seorang fotografer bisa menguasai dan memahami segala sesuatu di setiap genre.

Peralatan : untuk memotret model, lensa dengan diafragma yang lebar, seperti f 1.4-1.8 akan mendapat tempat spesial karena bisa menghasilkan bokeh yang bagus. Hal ini akan menunjang dalam menonjolkan kecantikan dari modelnya. Lensa jenis ini cenderung “sempit”.

Kebalikan darinya adalah fotografer landscape, pemandangan. Lensa yang diperlukan biasanya yang membutuhkan diafragma sempit, seperti f11-22. Juga, untuk pemandangan, lensa yang lebar (wide) akan diperlukan untuk menangkap bentang pemandangan.

Jenis peralatan yang dibutuhkan juga berbeda.

Cara : seorang fotografer landscape akan berusaha menampilkan bentang alam seluas-luasnya dengan begitu ia berusaha membawa yang melihat agar bisa merasakan suasana.

Berkebalikan dengan fotografer model yang akan berusaha membuat fotonya padat dan ruang di frame fotonya dibuat sesempit mungkin.

Genre human interest bahkan membuatnya lebih sempit lagi karena fotografernya akan menggiring yang melihat terfokus pada salah satu bagian dari manusia yang mencerminkan emosi.

Memotret Genre Yang Berbeda Bukan Hal Yang Mudah 2

Konsep : street photography berkonsep pada “apa adanya” karena merekam kegiatan manusia di ruang publik. Oleh karena itu, kebanyakan street photographer tidak akan terlibat secara langsung dengan obyek fotonya. Mereka justru membutuhkan aktivitas obyeknya tidak terkena intervensi.

Berkebalikan dengan fotografer model dimana segala pose modelnya dan bahkan pencahayaan memerlukan intervensi agar bisa tampil maksimal. Komunikasi antara model dan fotografernya justru memegang peranan penting.

Setiap genre dalam fotografi akan memiliki konsep, gaya, cara yang berbeda. Untuk menguasai dan mahir dalam satu genre saja membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu biasanya seorang fotografer akan memilih salah satu genre saja dan kemudian menekuninya secara maksimal.

Tidak berbeda dengan ketika Anda kuliah atau bersekolah, dimana jurusan hukum saja dipisah lagi menjadi hukum perdata, hukum pidana, dan lain sebagainya.

Bisakah memotret dengan baik dengan genre yang berbeda?

Foto Karya Rendra Agus Setiawan20190818082002_IMG_4116
Foto by Rendra

Seberapa baik? Itu pertanyaannya.

Mayoritas fotografer setidaknya menguasai dasar-dasar komposisi foto yang baik, seperti Rule of Thirds, Golden Triangle, dan lain sebagainya. Juga mereka juga paham bagaimana menempatkan obyek, mengatur setting kamera, dan lain sebagainya.

Jadi, rata-rata mereka akan bisa menghasilkan foto yang lebih baik dibandingkan awam, meski pada genre yang berbeda.

Namun, mereka pasti akan merasakan kegamangan dan kesulitan karena kondisi dan tuntutan yang berbeda. Hasilnya masih akan tetap baik, tetapi sentuhan khas mereka biasanya tidak akan terasa.

Selain itu butuh waktu lebih lama dan hasilnya tidak akan semaksimal saat mereka memotret pada genre yang dikuasainya.

Tidak berbeda situasinya dengan seorang pembuat kue nastar yang diharuskan membuat cake. Sama-sama kue, tetapi tentunya hasilnya tidak akan sama maksimalnya.

Fotografer pun demikian halnya.

—–

Spesialisasi juga terjadi di dalam dunia potret memotret. Itu kata kuncinya. Tidak ada orang yang bisa menguasai semuanya.

Oleh karena itu, jangan pernah berekspektasi tanpa tahu spesialisasi yang dimiliki seorang fotografer. Hal itu akan membantu menghindarkan dari kekecewaan.

Pengetahuan ini pun juga bisa dipergunakan oleh awam saat memilih fotografer. Banyak yang memilih fotografer untuk mendokumentasikan acara penting. seperti pernikahan atau lainnya pada “teman yang bisa memotret”. Padahal, sang teman itu terbiasa memotret pemandangan dan bukan liputan.

Yang seperti ini riskan menghadirkan kekecewaan karena seperti menyuruh sang fotografer memasuki bidang yang tidak dikuasainya dan berharap hasil yang baik.

Iya kan?