Kalau Mau Bisnis Jasa Fotografi, Fotografer Tetap Butuh Branding, Promosi, dan Pemasaran

Kalau Mau Bisnis Jasa Fotografi, Fotografer Tetap Butuh Branding, Promosi, dan Pemasaran
Badet Zarhaeni, Karya Ilyas Saputra/Putar Lensa

Ada sebuah pepatah dalam dunia bisnis yang cukup benar, tetapi banyak salahnya. Pepatah itu adalah “Promosi terbaik adalah produknya sendiri”. Inti dari kata-kata mutiara ini adalah sebuah produk yang disukai pembeli akan menjadi sebuah iklan yang ampuh sekali dalam mempopulerkan produk tersebut.

Bukan sesuatu yang salah karena seorang pembeli atau pengguna jasa yang merasa puas tidak akan segan mengajak orang lain untuk mendorong keluarga, kawan, atau bahkan orang tak dikenal untuk memakai atau membeli produk yang sama. Contohnya sudah banyak sekali, seperti Mercedes Benz, Coca Cola, Teh Botol, dan banyak lagi lainnya.

Kualitas dan kepuasan pelanggan merupakan kunci keberhasilan sebuah produk. Tanpa itu, maka sebuah produk tidak akan bisa meraup banyak pembeli.

Sayangnya, satu hal yang lupa disebutkan adalah dunia berkembang dan pepatah itu tidak berlaku untuk semua bisnis. Sama seperti berbagai hal di dunia ini, semua pasti ada batasannya. Pepatah itu mungkin berlaku 50 tahun lalu, ketika dunia bisnis tidak seketat sekarang.

Mengapa bisa begitu?

Mari kita ambil contoh kafe atau kedai kopi yang sudah menjamur dimana-mana. Mayoritas pemiliknya yakin dan sangat percaya kalau seduhan kopinya adalah yang terbaik dan lebih enak dibandingkan dengan kafe atau kedai lainnya. Apakah bisnis mereka berkembang semua? Jawabannya, tentu saja tidak.

Tidak terhitung kedai kopi berhenti beroperasi dan bangkrut bahkan hanya beberapa bulan sejak berdiri. Hanya segelintir saja yang mampu berkembang dan bertahan. Tidak sedikit juga yang hidup engap-engapan bak kerakal tumbuh di batu, hidup segan mati tak hendak.

Alasannya karena satu, yaitu mereka terlalu mengikuti kata-kata mutiara tadi, terlalu percaya pada masalah kualitas produk, tetapi melupakan promosi dan pemasaran.

Sebuah produk untuk sukses harus mampu memperkenalkan diri, melakukan branding, dan memasarkan “diri” dan produknya. Dengan begitu masyarakat, calon pembeli, akan mengenal dan kemudian memasukkan produk tersebut ke dalam daftar untuk dipilih.

Jadi, tidak lagi bisa hanya berlandaskan pada keyakinan bahwa produknya nomor satu dan berkualitas.

Itulah fakta di dunia bisnis masa kini.

Ivan Satria Lesmana – Putar Lensa

Dalam dunia fotografi pun situasi yang sama terjadi. Banyak sekali fotografer yang bisa memotret dengan baik, bahkan luar biasa, kebingungan.

Pertanyaan, “Apa yang salah?” kerap hadir. Mereka sudah terbukti mahir membuat foto yang bahkan masuk kategori luar biasa bagusnya. Namun, mengapa order jasa fotografi yang mereka tawarkan tidak kunjung datang. Kalaupun datang hanya segelintir saja, padahal hasil jepretan tidak perlu diragukan lagi.

Masalah utamanya ada pada fakta mereka terlalu percaya pada kata pepatah itu. Mereka lupa bahwa jasa fotografi pun adalah sebuah produk dan mereka berada di dalam dunia bisnis dan bukan dunia fotografi lagi. Sesuatu yang berkaitan dengan menjual dan membeli tidak ada hubungannya dengan kamera dan skill, dunianya kaum tukang potret. Hal itu masuk ranah bisnis.

Dan, dalam bisnis, di masa sekarang, tidak lagi bisa hanya mengandalkan pada keyakinan diri akan kualitas produk yang ditawarkan. Itu pola masa lalu yang sudah tidak cocok lagi di era digital masa kini.

Konsep yang terangkum dalam pepatah tadi bersifat “MENUNGGU”.

Padahal, di masa sekarang pola duduk diam dan pembeli akan datang tidak lagi sesuai. Butuh lebih dari itu.

Penyebabnya adalah karena tingkat persaingan begitu ketat. Penyedia jasa yang sama juga sudah tidak terhitung jumlahnya. Kemudahan yang dihadirkan oleh dunia digital dan internet membuat semua orang yang punya kamera dan skill memotret bisa menawarkan jasanya.

Situasinya seperti berada di pasar dimana semua berteriak menawarkan barang. Teriakan yang lebih menarik akan menjadi pelengkap kualitas produk dan membuatnya lebih menarik di mata calon pengguna jasa. Pedagang yang hanya berdiam diri sangat mungkin akhirnya tenggelam karena diam sama dengan “TIDAK MENARIK”.

Itulah mengapa banyak brand besar rela “BAKAR DUIT” untuk kegiatan marketing, branding, dan promosi. Mereka harus “berperang” untuk mendapatkan perhatian dari khalayak.

Para fotografer pun seharusnya melakukan hal yang sama. Mereka harus mau melakukan promosi dalam berbagai bentuk dan dalam setiap kesempatan. Bentuknya bisa beragam pula dan tak terhitung, tetapi dasarnya tetap ada pada branding, promosi, pemasaran.

  • Branding : diperlukan agar sang fotografer menjadi berbeda dari ratusan ribu fotografer yang menawarkan jasa yang sama. Dengan begitu mereka akan terlihat lebih menarik
  • Promosi/marketing : para fotografer harus mau bersusah payah memperkenalkan diri dan produknya ke seluas mungkin pasar, dengan begitu mereka akan dikenal semakin luas kalangan dan pada akhirnya menaikkan jumlah calon klien potensial
  • Pemasaran : setelah dikenal, mereka juga harus mau berusaha untuk membujuk calon klien potensial agar mau menggunakan produk jasa fotografi mereka

Dengan begitu, skill memotret yang luar biasa tadi bisa diubah perlahan menjadi peluang bisnis yang jika dikelola dengan baik akan menjadi bisnis yang menguntungkan.

Tanpa itu, maka seberapapun hebat kemampuan seorang fotografer mereka bisa tidak mendapatkan apa-apa. Penyebabnya, karena mereka tenggelam dan kalah dari fotografer biasa yang “berteriak” alias rutin melakukan promosi. Meski kualitas foto mungkin masih di bawah, tetapi calon pembeli tahu keberadaan mereka, sedangkan yang tidak berteriak dianggap tidak ada.

Penjelasan inilah yang saya sampaikan kepada beberapa kawan fotografer beberapa waktu yang lalu. Saya tidak meragukan kualitas hasil jepretan kamera mereka, tetapi saya melihat kelemahan dalam kebiasaan banyak fotografer.

Mereka seperti para pemilik kedai kopi yang terlalu percaya diri pada kualitas hasil racikan mereka, tetapi lupa bahwa kalau TIDAK ADA ORANG YANG TAHU tentang itu, siapa yang akan membeli dan meminum kopinya. Mereka “TIDAK ADA” dan kopi berkualitas versi mereka di mata masyarakat tidak ada juga karena masyarakat tidak mengenal mereka.

Jadi, kalau Anda seorang fotografer dan berniat terjun ke bisnis jasa fotografi, satu hal yang jangan pernah TIDAK DILAKUKAN. Hal itu adalah branding, promosi, dan pemasaran.

Buat diri Anda ada dan dikenal.