Pernahkah terpikir oleh Anda kalau saja Anda ganti kamera dengan yang lebih baik, maka hasil foto Anda akan menjadi lebih bagus? Hati-hati mungkin Anda sedang terkena Gear Acquisition Syndrome atau kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia, menjadi Sindrom Akuisisi Perangkat/Alat.
Tidak perlu khawatir dan minder, banyak orang di masa sekarang yang sebenarnya mengidap gejala yang sama. Terlebih dengan iklan dan promosi yang terus menanamkan di kepala setiap orang kalau produk yang mereka jual akan membuat kehidupan Anda lebih baik, wajar saja kalau ada sindrom itu di dalam diri seseorang.
Dalam dunia fotografi, sindrom ini biasanya terlihat ketika seseorang yang merasa bahwa hasil fotonya terus jelek, kemudian menyimpulkan bahwa masalah tersebut disebabkan karena perangkat yang tidak “bagus” atau ideal.
Contohnya sering muncul dalam otak kita pikiran seperti ini
- coba saja kamera saya DSLR Full Frame, pasti hasil fotonya akan lebih bagus
- saya tidak bisa memotret dengan baik karena kamera yang saya punya sudah tua dan jadul
- pasti, kalau saya pakai kamera mirrorless, saya bisa menghasilkan foto bagus
- dan sejenisnya
Dengan kata lain, tidak sedikit orang yang berpandangan bahwa kamera adalah segalanya. Bagus tidaknya hasil foto mereka berada di tangan kecanggihan kamera yang mereka pakai.
Nah, yang seperti inilah yang disebut G.A.S atau Gear Acquisition Syndrome.
Pada kenyataannya, situasi ini sama sekali tidak benar.
Tidak ada bedanya dengan seseorang yang merasa bahwa hasil masakannya tidak enak, kemudian berpikir bahwa kalau saja panci yang dipergunakan model terbaru, hasilnya akan lebih baik.
Padahal, sebenarnya tidak demikian. Masakannya akan tetap tidak enak terlepas dari jenis panci yang dipergunakan. Enak tidaknya sebuah masakan akan tergantung pada keahlian yang memasaknya, bukan alatnya.
Tentu saja, perangkat yang lebih baik akan memberikan peluang lebih menghasilkan sesuatu yang lebih baik, tetapi kuncinya tetap berada pada manusianya. Bukan alatnya.
Sebuah kamera mirrorless full frame dengan fitur yang lebih lengkap dan canggih, tentu memiliki keunggulan komparatif dibandingkan kamera keluaran terdahulu. Hal itu akan memudahkan seorang fotografer untuk memotret.
Sayangnya, hal itu tidak sama dengan hasil foto yang lebih baik dan menarik.
Mengapa? Karena menarik tidaknya sebuah foto merupakan perpaduan dari banyak hal, bukan sekedar alat, seperti
- kreativitas fotografernya dalam mengolah ide dan kemudian menerjemahkannya dalam foto
- skill atau kemampuan fotografernya untuk memanfaatkan fitur yang ada
- obyeknya sendiri
- kejelian fotografernya untuk menggunakan sumber cahaya yang tersedia
- selera dari yang melihat foto
- kejelian fotografernya dalam menemukan sudut pengambilan gambar
- dan masih banyak hal lainnya
Menyederhanakan fotografi dengan kecanggihan kamera adalah sesuatu yang dangkal.
Sebuah kamera yang lebih baik, contohnya kamera DSLR Canon 800D tentu punya fitur yang lebih baik dan memudahkan dibandingkan DSLR Canon 300D. Gambarnya pasti lebih tajam dan juga resolusinya lebih baik, belum lagi jangkauan ISO dan shutter speednya juga lebih luas.
Tapi, apakah langsung hasilnya lebih baik? Tidak juga. Masih tergantung pada banyak hal.
Ganti kamera hanya memperbesar peluang beberapa persen, tetapi bukan sesuatu yang mutlak.
Dan, kalau Anda berpikir foto Anda jelek, maka yang harus disalahkan sebenarnya bukan kameranya, tetapi fotografernya. Kamera tidak bisa memotret sendiri, orang di belakang kameranya lah yang menentukan.
Kalau Anda terus berpikir bahwa kameranya yang kurang canggih, pada akhirnya dorongan untuk menjadi konsumtif, membeli kamera atau lensa, lagi dan lagi akan terjadi. Semua akan terjadi karena inti masalahnya tidak terpecahkan, yaitu fotografernya.
Baca juga : Mengenal Fotografi Ruang Negatif atau Negative Space
Dan, pastinya Anda akan menjadi sasaran empuk bagi para salesman yang biasanya akan menjanjikan “sesuatu yang lebih baik” kalau Anda menggunakan produk mereka. Mereka tahu hal itu tidak benar, tetapi, hal itu bukan yang terpenting bagi mereka. Bagi mereka yang terpenting adalah Anda membeli produk yang ditawarkan, tanpa peduli apakah dengan alasan yang benar atau salah.
Dulu pernah ikutan kelas fotografi, salah seorang peserta merupakan pecinta fotografi dari smartphone. Dia memotret menggunakan kamera ponsel ukuran 13 MP tapi hasilnya luar biasa bagus.
Menurut dia, kualitas sebuah foto bukan hanya dipengaruhi perangkat tapi juga faktor lain.
Nah, karena ulasan ini, saya jadi ingat kata2 salah satu peserta kelas fotografi tersebut. Itu artinya, selagi kita terus belajar, menggunakan perangkat apapun bisa jadi bagus asal memahami ilmu dan seni-nya 🙂
Iyap betul sekali mbak Nurul. Jangan terlalu terpaku pada masalah perangkat karena banyak unsur lain yang mementukan hasl foto.
Selama kita bisa terus mendalami dan belajar, maka tetap ada kemungkinan hasil fotonya bagus, meski perangkat kita kuno