Menambahkan watermark atau “Tanda Air” pada foto merupakan sesuatu hal yang umum dilakukan dalam dunia fotografi. Banyak fotografer pro atau amatir atau non amatir membubuhkan “tanda tangan” digital mereka dalam berbagai bentuk di dalam karya fotonya.
Bentuknya bisa beragam. Namun, biasanya berbentuk nama si pemotret dengan embel-embel “Photography” di belakangnya. Meskipun demikian, ada juga yang menggunakan simbol.
Ada yang berbentuk tulisan tangan kecil di salah satu sudut bidang foto, ada juga yang benar-benar berupa “tanda air” tipis di tengah frame fotonya. Kebanyakan akan meletakkan agak ke tengah dengan tujuan foto tidak akan bisa dicropping oleh orang lain.
Bagaimanapun salah satu tujuan dari memasang “tanda tangan” digital ini adalah untuk melindungi hasil karya intelektual seseorang dan merupakan hal yang sah-sah saja dilakukan.
Belum lagi keberadaan si watermark sendiri menguntungkan karena secara otomatis, si pemirsa foto akan disuguhi nama pembuat foto tersebut dan akan membantu memperkenalkan nama si pemotret kepada orang lain.
Itu salah satu keuntungan memasang watermark pada foto hasil karya kita.
Namun, saya memutuskan untuk tidak menambahkan watermark pada foto-foto hasil karya sendiri. Mayoritas foto yang saya buat akan dibagikan ke media sosial, blog, atau lewat manapun tanpa ada “tanda tangan digital” si pembuatnya.
Polos saja.
Kenapa? Yah, mungkin orang akan mengatakan saya bodoh karena tidak melindungi hasil karya sendiri, tetapi ada alasan yang melandasi pemikiran tersebut.
Pertama : saya tidak bertujuan untuk menjadi fotografer profesional dan hidup dari kamera. Seali-sekali memang saya mendapatkan orderan, tetapi tidak akan menjadi sesuatu yang utama.
Fungsi watermark sebagai alat branding atau promosi secara otomatis menjadi tidak ada gunanya dengan tujuan tersebut.
Kedua : genre yang saya tekuni, street photography tidaklah menjual, lalu apa gunanya mempromosikan sesuatu kalau produknya sendiri tidak menjual?
Ketiga : watermark, seberapa pun kecilnya dan halusnya akan merupakan distraksi dari apa yang ingin diperlihatkan. Sadar atau tidak, huruf-huruf kecil pada foto kerap membuat foto menjadi tidak menyenangkan untuk dilihat.
Karena memang tujuannya bukan komersil, saya tidak merasa perlu mengganggu yang melihat foto dengan sesuatu yang tidak penting.
Keempat : watermark akan memberi keuntungan berupa nama yang diingat orang, tetapi jangan lupa, yang tertanam di otak pemirsa bukan hanya hal bagus, tetapi juga hal buruk. Sebuah foto yang buruk dengan tanda air di dalamnya, sangat mungkin justru menjadi promosi negatif bagi sang pemotretnya sendiri.
Kelima : saya terpesona dengan begitu banyak orang yang rela berbagi foto secara gratis di berbagai situs dunia maya, seperti Pixabay, Pexels, dan banyak lagi lainnya. Padahal, hasil karya mereka-mereka itu bagus dan bisa dikata profesional dan layak jual.
Tindakan mereka-mereka ini sangat bermanfaat mereka yang bergerak di industri kreatif tetapi memiliki keterbatasan dana untuk berkembang. Mereka bisa memiliki kesempatan berkembang dan maju dengan memanfaakan sumber daya gratisan.
Ekonomi berbagi telah terbukti membantu banyak orang berkembang. Sebagai seorang fotografer, saya ingin bergabung dalam gerbong orang-orang seperti ini yang bisa membantu perkembangan dengan berbagi, tentunya lewat hasil foto karyanya.
Untuk itu peran watermark harus dihilangkan agar bisa bebas dipergunakan siapapun.
Keenam (terakhir) : harap maklum, saya harus mengakui banyak sekali orang-orang yang lebih mampu menghasilkan karya foto yang bagus. Jauh di atas saya.
Ada rasa malu untuk memasang nama sendiri di dalam foto yang saya buat, mengingat dengan keterbatasan peralatan dan pengakuan, foto saya masih biasa-biasa saja.
Meski, kata orang hargai hasil karya sendiri, tetapi menorehkan nama pada foto bagi saya berlebihan sekali.
♦
Dulu, saya pernah memakai watermak, tetapi perubahan pola pandang (karena saya semakin tua) membuat saya memutuskan untuk tidak pernah lagi memasangnya pada foto.
Pemirsa bisa menikmati apa yang saya lihat lewat kamera tanpa harus terganggu dengan hal-hal yang sebenarnya bukan bagian dari itu.
Tapi, saya akan maklum kalau ada yang mau memasangnya. Masing-masing orang punya pilihan dan jalan masing-masing.
O ya, bila Anda berpikir ingin menggunakan salah satu foto dalam situs ini, silakan saja. Kalau memang berkenan, silakan berikan link balik ke situs ini agar orang lain yang mungkin memerlukan bisa mencari yang sendiri ke sumbernya. Kalau memang tidak, sekedar menyebutkan nama juga tidak masalah. Masih tidak mau juga, ya tidak masalah juga bagi saya.
Yang jelas tidak boleh dilakukan adalah mengakui bahwa karya foto yang diambil dari sini sebagai karya pribadi. Hal itu akan membuat Anda menjadi penipu karena mengakui sesuatu yang tidak pernah Anda buat.