Kunci Utama Menjadi Fotografer Handal : Pengembangan Diri Sendiri

Kunci Utama Menjadi Fotografer - pengembangan diri
Jalan Djunjunan, Bandung, 2021

Salah satu hal yang saya percaya dan yakini adalah bahwa semua keberhasilan tergantung pada manusianya. Bukan alatnya. Pandangan ini pun berlaku pada dunia yang juga saya tekuni, selain blogging, fotografi alias dunia potret memotret.

Belajar dari pengalaman sendiri, yang membuat seorang fotografer menghasilkan foto yang bagus, menarik dan mengundang “wow” berasal dari diri sendiri, bukan alatnya.

Itulah juga kenapa saya sepakat sekali dengan prinsip “buy book not gear”, beli buku dan bukan peralatan. Perhatian seseorang, jika ia memang ingin menjadi fotografer handal adalah dengan mengembangkan pengetahuannya, mengembangkan dirinya, dan bukan berfokus pada mengejar jenis kamera terbaik dan terbaru.

Tentu saja, bukan berarti saya tidak paham kalau perangkat, peralatan, kamera bisa memberikan keuntungan dalam memotret, tetapi tetap saja semua itu hanyalah pelengkap dari faktor utamanya, manusianya, si fotografer.

Perangkat modern sekalipun tidak akan bisa menghasilkan apa-apa kalau orang di belakangnya tidak bisa memaksimalkan dan tidak memiliki skill. Perangkat seperti ini hanya akan terlihat “luar biasa” di atas kertas, tetapi bukan merupakan jaminan semua akan berujung pada hasil foto yang bagus.

Hal itu akan berbalik kalau si fotografernya berfokus pada pengembangan dirinya.

Jika,ia terus menambah pengetahuannya dalam dunia fotografi dengan membaca buku tentang pencahayaan, ide-ide kreatif, atau berbagai teknik fotografi. Wawasan kreatifnya juga akan bertambah jika ia mau terus melihat karya-karya foto dari fotografer yang sudah punya nama.

Lebih baik bagi seorang fotografer membaca buku daripada review kamera. Waktunya lebih baik dipakai untuk berlatih daripada sekedar memelototi spesifikasi mana yang lebih baik antara kamera yang satu dengan yang lain.

Saya merasakannya sendiri.

Dulu, saya berpikir tidak akan bisa membuat foto yang, katakanlah mengundang banyak LIKE di Instagram atau Facebook. Alasannya karena saya tidak punya kamera DSLR.

Namun, ternyata, saya salah sekali. Banyak foto saya yang dibuat dengan kamera point and shoot (arahkan dan jepret), ternyata bisa membuat orang bertanya bagaimana saya membuatnya. Mereka memberikan “like” lumayan banyak. Banyak yang menyukainya.

Setelah ditelaah ulang, hal itu terjadi karena saya juga rajin membaca berbagai tulisan tentang fotografi, baik dari dalam dan luar negeri. Juga, saya tidak berhenti berlatih dengan memotret apa saja yang ada.

Semua itu ternyata berhasil membuat saya bisa menghasilkan foto yang bahkan lebih baik daripada kawan yang memiliki kamera lebih canggih, secara spesifikasi.

Sekarang, saya memakai DSLR pemula, Canon 700D. Kemudian, saya membandingkan hasil foto sendiri dengan beberapa kawan yang memakai kamera full-frame (harganya berlipat dari kamera tua saya). Hasilnya saya tersenyum sendiri karena ternyata hasil foto yang saya jepret jelas lebih baik dari berbagai hal.

Mau Menggunakan Mode Manual, Coba Dulu 3 Fitur Ini

Memang, penilaian terhadap sebuah foto adalah subyektif, tetapi tetap ada sedikit tolok ukur yang bisa dipakai, seperti komposisi foto. Hasilnya tetap saja, hasil jepretan saya terasa lebih baik.

Pengalaman inilah yang membuat saya berkesimpulan bahwa kunci utama menjadi fotografer handal bukan ada pada alatnya, tetapi pada manusianya. Saya berhasil mencapai level yang sekarang, jelas bukan karena kameranya.

Kamera saya tetap kamera murah. Masih kelas pemula saja, bukan kamera profesional.

Yang membuat saya seperti sekarang adalah karena saya bisa mengembangkan diri sendiri, dengan pengetahuan dan pengalaman yang saya dapat.

Bagaimana menurut Anda? Apakah pandangan saya salah? Mungkin Anda punya pandangan lain?