Kurang Berlatih, Skill Memotret Menurun

Kurang Berlatih Skill Pun Menurun

Pandemi Covid-19 memang menyusahkan sekali. Bukan hanya membahayakan manusia, merusak perekonomian, tetapi juga membuat skill memotret menurun.

Kok bisa?

Ya bisa saja.

Penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dimana-mana, dalam berbagai versi (Ketat dan Transisi) menyarankan semua rakyat Indonesia untuk di rumah saja. Pemerintah mendorong warganya untuk mengurangi aktivitas di luar rumah dan berinteraksi dengan sesama.

Tujuannya jelas baik, yaitu untuk mencegah penyebaran sang virus Corona akibat terlalu intensnya interaksi antar manusia. Pengalaman sebelum-sebelum ini, setiap ada libur panjang akan lahir klaster baru yang membuat repot.

Jadi, sebagai warga negara yang baik, saya memutuskan untuk menyetop semua aktivitas di luar yang tidak penting. Kecuali untuk berbelanja bahan makanan atau keperluan lain yang tidak bisa ditinggalkan, saya memutuskan untuk tidak keluar. Bahkan, sekedar ngopi dan nongkrong bareng tetangga saja sudah hampir tidak pernah dilakukan.

Saya lebih banyak duduk manis di depan komputer dan ngeblog saja, selain tentunya bekerja (karena masa WFH – Work From Home).

Kegiatan rutin sebelum pandemi, yaitu hunting foto benar-benar ditiadakan.

Bagaimanapun, meski sebenarnya mungkin diperkenankan, tetap saja saya harus berinteraksi dengan orang lain. Hal itu rasanya tetap menghadirkan potensi terpapar virus Coronan, yang tentunya saya tidak kehendaki.

Masalahnya, sejak awal pandemi sampai sekarang, berarti sudah hampir 8 bulan saya tidak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan memotret. Memang, mengedit foto masih sering dilakukan karena saya memiliki blog yang harus dikelola, tetapi kegiatan lapangan bisa dikata nihil dan hampir sama sekali tidak dilakukan.

Sebagai hasilnya adalah skill atau keterampilan menggunakan kamera yang menurun. Insting untuk menemukan sudut pemotretan dan obyek juga turun sekali.

Hal itu terasa sekali ketika mencoba memotret dengan obyek di sekitar rumah saja. Terasa sekali feeling yang tidak jalan, penilaian terhadap sumber cahaya dan juga mencari setting yang tepat sesuai dengan situasi agak mandeg. Kepala terasa blank, kosong.

Kurang Berlatih, Skill Memotret Menurun

Sebuah hal yang bisa diprediksi mengingat memotret adalah sebuah skill yang merupakan hasil rutinitas, baik dalam bentuk latihan atau praktek di lapangan. Bukan sesuatu yang turun dari langit dan sekedar hasil membaca teori.

Ketika hal itu tidak dilakukan, mirip dengan pisau yang jarang diasah, tumpul. Berbagai kemampuan yang sebelumnya ada perlahan tapi pasti tergerus dan menghilang.

Tidak bedanya juga dengan penguasaan bahasa asing atau apapun, yang kalau tidak dipergunakan secara rutin maka perlahan akan menghilang juga.

Memang rumit juga pilihannya, dilema, karena kalau keluar hunting, potensi terkena virus meninggi, tapi kalau tidak keterampilan memotret menipis.

Tetapi, karena mau tidak mau kesehatan harus dilakukan, saya tetap memilih yang utama dulu, alias menghentikan kegiatan memotret. Toh, aktivitas itu bukan sesuatu yang krusial dan penting sekali.

Hanya saja, rasanya saya harus lebih sering keluar, setidaknya di sekitar rumah untuk mencari obyek dan memotret.

Memang sih, membosankan sekali dan tidak terlalu menarik mengingat obyeknya terbatas sekali. Juga, secara psikologis, hal itu hanya membantu sedikit menghilangkan rasa bosan yang sudah menggunung dan menyulitkan.

Tetapi, setidaknya hal itu bisa membantu untuk tetap mengasah diri dan mencegah insting atau feeling memotret menjadi tumpul. Sayang sekali sudah cukup lama mengasah skill seperti itu dan harus hilang begitu saja.

Bagaimana dengan Anda Kawan? Apakah mengalami hal yang sama?