Efektifkah Belajar Lewat Kursus Fotografi Online ?

Efektifkah Belajar Lewat Kursus Fotografi Online ?
Pantai Rembang, 2018 – Efek Film/Filter Cross Over 

Peminat fotografi tahun demi tahun semakin bertambah. Kamera digital yang semakin terjangkau, smartphone membuat ketertarikan masyarakat terhadap bidang yang satu ini tidak bisa diabaikan. Apalagi dengan hadirnya berbagai media sosial berbasis visual untuk memajang hasil karya, seperti Instagram, terus mendorong minat masyarakat untuk itu terjun ke dunia fotografi.

Membesarnya minat masyarakat juga menghadirkan kebutuhan terhadap jasa lain, yaitu  terkait pengajaran teknik fotografi. Bagaimanapun, namanya manusia semua ingin hasil karyanya mendapatkan pujian dan ribuan “like”. Tidak heran berbagai seminar, pelatihan, atau kursus memotret lahir kemudian.

Yang paling baru adalah kursus fotografi online dan juga mendapatkan respon cukup baik dari masyarakat, terutama saat pandemi Covid-19 di dunia. Banyaknya waktu karena terpaksa di rumah memaksa banyak orang mencari kegiatan lain untuk mengisinya. 

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh banyak fotografer atau penggemar fotografi yang terdampak oleh wabah untuk menawarkan jasa yang berbeda dari sebelumnya. Mereka tidak menawarkan jasa pemotretan, tapi akan memberikan tutorial tentang berbagai hal terkait potret memotret.

Tawaran kursus fotografi online ini beragam. Ada yang disebar melalui Whatsapp Group, Youtube, atau bahkan Facebook. Tekniknya juga beragam. Sama halnya dengan tarif yang ditawarkan. 

Hanya, banyak anggota masyarakat masih ragu dan mempertanyakan tentang kefektifan belajar fotografi via daring (online) seperti ini. Akankah selesai kursus nanti mereka bisa menghasilkan foto yang bagus atau tidak? Bisakah mereka mendapatkan skill fotografi bila tidak pernah bertatap muka secara langsung dengan pengajarnya? Dan, berbagai pertanyaan lain.

Efektif kah?

Jawabannya ‘TERGANTUNG”. 

Relatif dan tidak bisa sama untuk setiap individu.

Kata efektif itu akan tergantung pada kemampuan seseorang memanfaatlkan “sesuatu (barang atau jasa) yang tersedia”. Hal itu berkaitan dengan diri sendiri dan bukan tergantung pada orang lain.

Sebagai contoh, seorang koki berpengalaman diberikan 1 kg daging dan berbagai bumbu. Di tangannya, 1 kg daging itu bisa jadi berbagai jenis masakan, rendang, steak, sapi lada hitam dan sebagainya. Berbeda dengan jika 1 kg daging itu di tangan seorang ibu rumah tangga yang hanya pernah memasak empal goreng dan semur.

Seorang koki bisa memanfaatkan 1 kilogram daging itu lebih efektif daripada sang ibu rumah tangga.

Contoh lain, seorang pemulung tentu tahu bahwa ada penampung gelas atau botol plastik bekas air mineral. Ia bisa menjualnya dan merubahnya menjadi uang. Berbeda dengan masyarakat awam yang tahunya gelas/botol plastik itu hanyalah sampah yang harus dibuang.

Pemulung bisa memanfaatkan gelas/botol plastik tadi dengan efisien untuk menghasilkan uang.

Begitu juga halnya dalam kursus fotografi online.

Materi pelajarannya adalah “sesuatu” yang ada. Bisa tidaknya seseorang menjadi skill yang dimilikinya bukan tergantung apa yang diajarkan, siapa yang mengajarkan, atau cara pengajaran. Hal itu tergantung pada dirinya sendiri.

1. Mampukah ia menyerap apa yang diajarkan ?

2. Bisakah ia melakukan latihan sendiri tanpa pembimbing emngingat fotografi untuk menjadi sebuah skill akan memerlukan proses latihan yang berulang?

3. Bisakah ia memotivasi diri agar mau terus belajar secara konsisten?

4. Bisakah ia melakukan koreksi terhadap kesalahan?

5. Kreatifkah ia dalam mencari jalan dan menerjemahkan apa yang diajarkan tanpa bantuan guru mengoreksinya?

6. Bisakah ia menemukan orang untuk menilai hasil karyanya?

7. Maukah Anda menghabiskan ribuan jam untuk memotret, menilai, mengoreksi?

8. Bersediakah Anda mencoba dan melakukan kesalahan?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang bisa menentukan efektif atau tidaknya belajar fotografi lewat kursus online.

Bagaimanapun, materi yang disampaikan hanyalah materi dan teori. Lewat tatap muka atau lewat zoom dan video, sebenarnya sama saja, hanya berbeda karena kebiasaan saja, materi dan isinya tidak akan berbeda banyak.

Selebihnya akan tergantung pada kemampuan daya serap, semangat, dan kemampuan yang menerima pengajaran untuk mengembangkan diri. Tidak bedanya dengan sekolah apapun.

Bisakah Anda ?

Nah, sebagai gambaran, saya sendiri mulai terjun ke dunia fotografi sekitar 6 tahun yang lalu. Tepatnya, ketika saya membutuhkan foto yang bagus dan enak dilihat untuk blog-blog yang saya kelola.

Bermula dari hanya memakai kamera smartphone dan tanpa guru, tepatnya banyak guru, tetapi tidak lewat tatap muka. Semua saya pelajari lewat internet. Berbagai tulisan tentang teknik fotografi, pengeditan foto, dan hal-hal lain terkait fotografi bisa didapat dalam bentuk teks atau video di dunia maya.

Sekali lagi, tanpa guru dan tanpa ikut berbagai kursus fotografi, baik di dunia nyata atau maya.

Melihat hasil foto tahun ini dan 6 tahun yang lalu, saya bisa dengan bangga berkata, foto-foto saya tahun ini jelas lebih baik daripada foto 6 tahun yang lalu. Dalam berbagai segi, baik komposisi, ide, warna, ketajaman, penempatan fokus, dan sebagainya.

Saya fotografer yang lebih baik dari saya 6 tahun yang lalu.

Bila saya ditanya apakah efektif kah belajar fotografi lewat kursus online, saya akan jawab bisa saja. 

Hanya saya menyadari bahwa butuh waktu yang lama dan ribuan kesalahan untuk bisa mencapai itu. Juga tidak terhitung waktu yang dicurahkan untuk memotret, menilai, mengoreksi, dan mencoba.

Maukah Anda melewati semua hal itu? Kalau mau, maka jawaban atas pertanyaan efektif kah kursus fotografi online itu adalah YA kalau tidak, ya TIDAK. 

Andalah yang harus menjawab pertanyaan itu. Bukan orang lain.