Komposisi Foto : Yang Baik Itu Seperti Apa ?

Komposisi Foto : Yang Baik Itu Seperti Apa ?

Bukankah pertanyaan itu ada di benak Anda? Seperti apa sih yang dimaksud dengan komposisi foto yang BAIK (dan BENAR) itu? Percayalah, pertanyaan itu juga pernah dan masih sering hadir di kepala saya, bahkan setelah beberapa tahun menekuni dunia fotografi (dan blogging).

Tentunya, sama juga dengan banyak penekun fotografi, saya (dan tentunya Anda juga) ingin agar foto-foto yang kita hasilkan mendapatkan pujian dari yang melihat. Betul kan?

Juga, masalah komposisi foto ini sering ditekankan oleh para fotografer profesional atau yang sudah berpengalaman untuk mendapatkan perhatian khusus. Banyak sekali tulisan bersifat “how-to” (panduan) dibuat untuk memberi arahan tentang bagaimana komposisi foto itu seharusnya.

Berbeda-beda caranya, meski tetap ada bagian besar yang sama.

Dan, ujungnya kerap hal itu bukannya membuat kita tambah mengerti, tetapi justru semakin pusing tentang bagaimana cara menghasilkan komposisi foto yang “baik” dan “benar”.

Betul kan?

Apa Itu Komposisi Foto ?

Ada banyak penjelasan yang sudah dibuat tentang definisi dari “komposisi foto”. Banyak sekali dan seperti sudah disebutkan di atas, jumlahnya tidak sedikit.

Tetapi, sebenarnya bisa disingkat dalam sebuah contoh kecil saja.

Seorang juru masak harus mampu meracik berbagai bahan mentah, seperti telur, bawang, tomat, dan banyak lagi lainnya agar menjadi masakan yang lezat dan mengundang selera. Untuk itu ia harus tahu bagaimana memadukan dan mengolah semua bahan itu menjadi satu jenis masakan.



Apakah harus digoreng, dipanggang, atau direbus, ia harus bisa menjadikan bahan-bahan mentah tadi sebuah masakan yang membuat semua orang senang, dan kemudian memujinya. Bagaimana kombinasi bahan mentah tadi diolah dan dimasak disebut resep.

Semakin banyak yang dipuji, semakin tenar namanya, dan pada akhirnya ia menjadi juru masak terkenal.

Nah, posisi yang sama ada pada diri seorang fotografer, tentunya bukan dalam hal masak memasak, tetapi dalam hal memotret. Seorang fotografer adalah “juru masak” yang “bertugas” membuat foto.

Sama dengan seorang juru masak, seorang fotografer akan memiliki bahan mentah, seperti obyek(model), latar belakang, warna yang tersedia, dan banyak hal lagi lainnya. Ia harus bisa memadukan kesemua itu menjadi satu dalam sebuah foto.

Bila dalam dunia memasak disebut “resep”, dalam dunia fotografi disebut “komposisi foto”.

Jadi, istilah komposisi foto pada dasarnya adalah resep atau perpaduan dari berbagai materi yang ada sehingga menghasilkan sebuah foto.

Elemen Dalam Komposisi Foto

Komposisi Foto : Yang Baik Itu Seperti Apa ?

Sama seperti resep dimana ada bahan-bahan mentah, dalam komposisi foto pun ada yang seperti itu. Cuma istilahnya saja berbeda.

Beberapa hal ini bisa dikatakan merupakan elemen sebuah foto, seperti :

  • Warna
  • Obyek foto 
  • Latar belakang
  • Bentuk
  • Garis-garis

Elemen-elemn inilah yang harus dipadukan menjadi “satu kesatuan” yang secara total disebut dengan komposisi foto.

Adakah Komposisi Foto Yang Baik Dan Benar?

Komposisi Foto : Yang Baik Itu Seperti Apa ?

Tahukan kalau ibu-ibu sering membeli buku tentang resep masakan? Tujuannya mereka tahu cara membuat jenis masakan tertentu, yang katanya “enak”. Kalau di zaman sekarang mungkin, cukup dengan mengakses situs-situs internet dan mempelajari resep-resep yang dibagikan oleh orang lain.

Setelah mencoba sendiri, hasilnya sering tidak sesuai dengan yang diharapkan. Entah keasinan, gosong, bantat. Pokoknya berbeda.

Biasanya hal itu terjadi karena sang ibu mengabaikan kenyataan bahwa resep itu hanyalah bersifat panduan dan dibuat dalam kondisi yang tentunya berbeda. Ketika resep dibuat berdasarkan pemakaian microvave atau oven listrik, kemudian diterapkan pada oven kompor biasa, tentunya kue yang dihasilkan akan berbeda pula.

Belum lagi takarannya yang terkadang tidak tepat.

Bahkan, resep kue bolu ketan hitam Pondan dengan takaran yang sudah pasti saja, di tangan orang yang berbeda, rasanya bisa berbeda pula.

Sama dengan komposisi foto.

Memang sudah banyak sekali “resep” komposisi foto supaya bagus dan enak dilihat, tetapi, tidak beda dengan resep masakan, tetaplah hanya bersifat panduan. Bukan merupakan kepastian bahwa sebuah foto akan menjadi memukau.

Rule of Thirds (Aturan Sepertiga), Leading Lines, Aturan Segitiga, dan banyak lagi lainnya hanyalah panduan saja. Bukan merupakan kepastian dan kebenaran. Tidak akan pernah otomatis langsung menjadikan hasilnya sebuah foto yang WAH.

Apalagi kalau contohnya dibuat menggunakan kamera Full Frame, kemudian dipraktekkan memakai kamera saku atau smartphone.

Sudah pasti akan berbeda hasilnya.

Tidak akan sama.

Bisa dikata tidak akan ada sebuah komposisi foto yang standar dan pasti benar. Setiap fotografer harus berusaha menemukan sendiri komposisi terbaik yang bisa dilakukannya dengan bahan yang tersedia.

Ia harus bisa meracik apa yang tersedia di hadapannya menjadi satu kesatuan yang indah dan enak dilihat. Bahkan, kalau perlu dengan menabrak panduan yang sudah ada. Ia harus bisa menemukan kombinasi terbaik dari semua elemen yang ada dengan caranya dan sesuai dengan tujuannya.

Seorang fotografer lanskap tentunya punya tujuan yang berbeda dengan fotografer model. Bahannya berbeda dan caranya berbeda. Tidak beda dengan saat juru masak mengolah sayur asam dan salad. Tidak akan sama.

Mengetahui teori cara memang bagus. Bagaimanapun akan sangat membantu, tetapi pada akhirnya pembahasan mengenai komposisi foto adalah sebatas teori. Bisa dianggap sebagai panduan saja dan bukan hukum yang harus diikuti.

Seperti juga seorang juru masak yang harus berkreasi dengan cabe, bawang, tomat, dan bahan lainnya, seorang fotografer harus melakukan hal yang sama dengan garis, warna, obyek, dan latar belakang.

Mereka harus bisa menemukan racikan sendiri agar fotonya bisa enak dilihat dan kemudian mendapatkan pujian (atau uang). Masing-masing akan memiliki standar yang berbeda. Tidak beda antara standar koki bertaraf internasional dan ibu rumah tangga dalam hal masakan.

Tentu saja ada yang namanya sekolah memasak, seperti juga ada kursus fotografi. Tetapi, hal itu harus dipandang sebagai usaha mendapatkan pengetahuan standar saja. Bukan sebuah kepastian.

Yah, paling tidak itulah pandangan dari seorang penggemar fotografi jalanan saja. Bukan kebenaran dan kepastian. Masih akan ada banyak pandangan lain di dunia ini.