Memotret Di Museum ? Kenapa Tidak?

Museum? Pastinya kurang menarik untuk dijadikan lahan untuk hunting foto. Isinya statis dan tua. Biasanya terkesan suram karena pencahayaan yang kurang. Sumber cahaya sangat terbatas. Dan, yang paling menyebalkan tentunya biasanya penataan ruangan yang rapat menulitkan mendapatkan hasil foto yang enak dilihat.

Belum ditambah padatnya pengunjung jika berkunjung kesana saat musim liburan. Kondisinya akan bertentangan sekali dengan prinsip KISS (Keep It Simple Stupid) alias sesederhana mungkin. Latar belakang foto kerap sulit dibuat bersih dari obyek tambahan yang tidak diinginkan.

Sulit dan tidak menarik. Bahkan, untuk orang biasa saja museum bukanlah tempat favorit untuk didatangi. Lebih menyenangkan berburu foto di alam bebas. Padahal, kurangnya rasa ketertarikan itulah yang membuat seseorang malas mencoba membuat foto disana. Biasanya, kebanyakan orang hanya sekedar membuat foto dokumentasi atau selfie di depan beberapa obyek yang ada di dalamnya saja.

Jangan tanya kalau untuk memotret saja harus membayar, seperti di Museum Angkut, Batu, Malang, dimana dikenakan biaya Rp. 30 ribu untuk membawa kamera DSLR ke dalam museum dan memotret. Bisa membuat semangat membuat foto menguap tambah cepat.

Jadi, bisa dikata banyak sekali tantangan untuk memotret di museum.

Memotret Di Museum ? Kenapa Tidak?
Mobil Tua di Museum Angkut, Batu, Malang, Jatim. Karya : Arya Fatin Krisnansyah

Meskipun demikian, hasil foto di museum, terutama obyek-obyeknya, bernilai tinggi. Bukan karena teknik atau hasilnya yang memukau, tetapi dari sisi pendidikan.

Sebuah obyek berupa mobil tua atau diorama kehidupan hewan jika diperlihatkan dan kemudian digabungkan dengan tulisan singkat, penjelasan tentang foto “Apa Itu” akan memberikan informasi berharga bagi yang melihat. Bahkan, lebih dari sekedar foto model cantik berpakaian seronok.

Banyak orang bisa memanfaat informasi yang berada di dalamnya. Disana terkandung pengetahuan berharga, karena memang itulah tujuan dari dibangunnya sebuah museum.

Belum lagi hal itu akan membantu mempromosikan museum itu sendiri pada khalayak yang lebih luas.

Jadi, dari segi manfaat, seharusnya memotret di museum harus lebih digiatkan karena memberikan faedah lebih besar bagi orang lain.

Memotret Di Museum ? Kenapa Tidak?
Diorama Cheetah Berburu – Museum Satwa, Jatim Park . Karya : Arya Fatin Krisnansyah

Yah, masalah selera sebenarnya dan tidak perlu diperdebatkan panjang lebar. Masing-masing punya pilihan. Tetapi, rasanya kok hambar saja datang ke sebuah tempat wisata di museum, tetapi tidak memotret. Membawa kamera tetapi tidak membuat foto.

Terus terang kalau saya sih akan tetap memotret. Bukan apa-apa karena museum sendiri sebenarnya bisa dijadikan lahan mendapatkan foto yang bagus, meski banyak kekurangannya kalau dilihat dari keinginan seorang fotografer. Tetapi, disana juga ada kelebihannya juga, seperti :

  • Tata ruang sudah rapi : semua obyek dalam museum biasanya sudah ditata sedemikian rupa sehingga tidak terlihat kacau. Sesuatu yang menguntungkan karena kerapihan bentuk penting dalam membuat foto yang enak
  • Latar belakang sudah disediakan : banyak museum memiliki diorama, yaitu dimana ada panggung berisi obyek-obyek statis yang diatur agar memperlihatkan sebuah cerita, seperti yang terdapat di Museum Satwa, Jatim Park. Dalam diorama pasti sudah ada latar belakang untuk menunjang cerita, jadi tidak perlu lagi pusing memikirkan harus memakai latar belakang seperti apa. Sudah disediakan
  • Ide : sebagian besar sudah disediakan oleh museumnya

 

Memotret Di Museum ? Kenapa Tidak?
Deretan Mobil Tua Bel Air – Museum Angkut. Karya Arya Fatin Krisnansyah

Yang perlu dilakukan saat memotret di museum adalah

  • Mengatur setting kamera, terutama penggunaan ISO atau Flash agar foto tidak terlihat gelap
  • Mencari sudut pemotretan yang bisa menghasilkan latar belakang sebersih mungkin
  • Mengatur komposisi agar bisa menonjolkan dan menyampaikan ide yang sudah disiapkan oleh pihak museum
  • Bersabar untuk menunggu agar tidak ada obyek pengganggu, seperti pengunjung lain masuk ke dalam bidang foto

Dan, hasilnya pun bisa dikata lumayan enak dilihat. Seperti beberapa foto karya si kribo cilik, Arya Fatin Krisnansyah saat melaporkan hasil perburuan foto selama karyawisata ke dua museum di Jawa Timur, Museum Angkut dan Museum Satwa.

Memotret Di Museum ? Kenapa Tidak?
Diorama Kepanikan Hewan Saat Kebakaran Hutan – Museum Satwa, Jatim Park. Karya : Arya Fatin krisnansyah

Foto-fotonya tidak “WAH” dan mementingkan banyak teknik, tetapi hasilnya tetap enak dilihat,iya kan? Memang, katanya sulit memotret di museum, apalagi dengan kamera APS-C dengan cropped sensor.

Ruwet untuk mendapatkan hasil foto yang “terang” karena biasanya under-exposed, alias gelap karena kekurangan cahaya. Untungnya, ia memutuskan untuk memotret dengan RAW, sehingga efek pencahayaan bisa diatur sedikit lebih baik dengan menggunakan photo-editing software dengan mengatur brightness atau kecerahan..

Memotret Di Museum ? Kenapa Tidak?
Diorama Cheetah Mengejar Rusa – Museum Satwa, Jatim Park. Karya : Arya Fatin Krisnansyah

Bagaimana?

Bukankah museum pun bisa dijadikan sebagai lahan berburu foto yang lumayan? Selama seorang fotografer mau mengembangkan kreatifitas dan mau mencoba menghasilkan sesuatu dari keterbatasan yang ada, rasanya dalam situasi seperti apapun, tetap akan ada hasil yang bisa dibawa pulang.

Bukankah fotografi memang mengenai “the man behind the gun” atau tergantung orangnya?

Apalagi, di museum juga tidak semuanya tua dan usang, terkadang ada juga yang muda dan cantik, seperti foto di bawah ini.

Memotret Di Museum ? Kenapa Tidak?
Museum Angkut, Batu, Malang – Karya : Arya Fatin Krisnansyah

Jadi, masih malas memotret di stasiun? Sebaiknya sih jangan. Banyak momen akan terlewat.