Apakah Memotret Dengan Feeling (Intuisi) Bisa Menghasilkan Foto Yang Bagus?

Apakah Memotret Dengan Feeling (Intuisi) Bisa Menghasilkan Foto Yang BagusApakah Memotret Dengan Feeling (Intuisi) Bisa Menghasilkan Foto Yang Bagus
Jalan Suryakencana, Bogor, 2021

Seorang kawan pernah berkata, “Memotret mah cukup memakai feeling (intuisi) saja. Kalau sudah terasa pas, jepret, dan biasanya hasilnya bagus”.

Mudah sekali terlihat. Namun, setelah dipikir ulang, maka memang benar adaya. Mayoritas fotografer pada saat memotret biasanya memang tidak berpikir tentang teori tentang bagaimana cara memotret yang baik dan benar. Kebanyakan mengandalkan pada naluri atau feeling atau intuisinya.

Kenyataannya memang begitu adanya.

Hanya, pertanyaannya kalau memotret semudah itu, mengapa hasil foto orang yang awam tentang fotografi biasanya kurang bisa memikat ? Padahal, mereka mayoritas juga berprinsip mengedepankan feeling. Kalau sudah terasa pas dan enak, mereka menekan tombol shutter release. Jepret.

Jawabannya terletak sebenarnya pada kata intuisi atau feeling tersebut.

Feeling atau rasa sendiri ada yang tajam dan ada yang tumpul. Yang tajam biasanya karena rajin diasah dari berbagai sudut, yang tumpul karena tidak pernah dipergunakan.

Coba saja lihat pisau yang sering dipakai dan tidak. Yang dipakai biasanya akan terlihat berkilau dan tajam, sedangkan yang tak terpakai akan berkarat dan majal.

Di sanalah letak perbedaannya.

Feeling/intuisi seorang fotografer dalam memotret akan tajam dan terasah karena selain berlatih, mereka jelas lebih sering melakukan kegiatan ini. Ibarat pisau, latihan-latihan dan keterlibatan mereka dalam kegiatan memotret ini perlahan tapi pasti mengasah intuisi dalam dirinya.

Sedangkan masyarakat kebanyakan mempergunakan kamera sekedar iseng saja dan bahkan tidak pernah latihan. Mereka tidak pernah mempertajam intuisinya.

Di sanalah letak perbedaan antara feeling seorang fotografer dan orang biasa. Yang satu tajam dan satu tumpul.

Benar sekali apa yang dikatakan kawan saya tadi. Saya tidak menyalahkan karena sebagai fotografer pun, saya tidak membawa buku teori saat memotret. Saya mengandalkan pada intuisi.

Jadi, memotret memakai feeling (intuisi) sangat mungkin menghasilkan foto yang bagus dan enak dilihat. Dengan catatan, feelingnya terasah dengan latihan dan belajar.

Itulah yang membedakan antara jepretan saya dan kawan tersebut. Jepretan saya lebih bagus dan baik, sedangkan hasil jepretannya biasa saja.