Rasanya gatal. Bukan karena penyakit kudis atau biduran, tetapi di hati ada rasa aneh yang tidak bilang saat hadir di acara CGM Bogor Street Festival 2020, 8 Februari 2020 yang lalu.
Seperti biasa, ajang acara tahunan di Bogor itu adalah event yang pasti tidak akan saya lewatkan untuk hadir. Selain karena merupakan ajang penuh momen menarik, juga kesempatan untuk mencari ide cerita untuk bahan tulisan blog Lovely Bogor yang saya kelola.
Tahun ini pun tidak terlewat, saya berada di Jalan Suryakencana dimana festival dan pawai akan berlangsung. Bahkan, beberapa jam sebelum acara dimulai pun, saya sudah nongkrong di jalanan bersama dengan beberapa rekan fotografer.
Cuma, ada cumanya.
Kali ini si Canon 700D tidak berada di tangan saya. Padahal, sudah sejak tahun 2017 yang lalu, DSLR kelas entry level yang sudah lunas cicilannya itu selalu menjadi kawan berburu momen di ajang tersebut.
Tidak pernah lepas, karena memang cuma satu-satunya kamera yang saya punya, selain smartphone Oppo A3s.
Si Canon berada di tangan “orang lain”. Kamera itu di dalam genggaman si Kribo Cilik, yang sudah tidak kecil lagi.
Untuk tahun ini, saya ingin memperkenalkannya pada dunia fotografi jalanan. Selama ini dia lebih suka menekuni pemotretan model saja. Hasilnya lumayan, tetapi saya berpikir kalau ia harus mau meluaskan wawasannya dengan beberapa genre fotografi lainnya.
Dan, fotografi jalanan merupakan satu genre yang akan bagus baginya karena disana ia akan belajar mencari ide, selain terfokus pada setting kamera dan obyek saja.
Jadilah, karena memang cuma ada satu kamera saja, sebagai bapak, saya harus memberinya kesempatan untuk beraksi di jalanan.
Hasilnya, ya itu tadi, rasa gatal di dalam hati.
Bagaimanapun setelah bertahun-tahun hadir di ajang sebagai pemburu momen, wara wiri kesana kemari mengarahkan kamera, susah melepaskan pandangan mata dari berbagai momen menarik yang lewat di depan mata.
Peserta pawai cantik dalam balutan kostum menarik. Penonton anak dengan tingkah polah yang lucu dan mengundang senyum.
Dan, banyak hal lain lagi yang hadir.
Semua membuat dorongan untuk ikut menikmati acara, sebagai pemburu momen semakin kuat.
Sampai akhirnya, untuk melepaskan sedikit rasa penasaran, akhirnya berbekal kamera OPPO A3s, jadilah saya coba mendapatkan foto dari beberapa momen.
Tidak banyak karena saya menyadari dalam situasi demikian, hasilnya akan sangat mengecewakan bagi saya.
Lagipula, saat itu, saya memutuskan untuk membiarkan si Kribo Cilik berjuang sendiri dan bergaul dengan orang-orang yang baru dikenalnya. Semua itu akan baik untuk perkembangan dirinya saat berusaha meraih impiannya menjadi fotografer.
Jadi, hanya coba memotret beberapa momen yang terjangkau saja. Paling tidak, saya tidak pulang dengan rasa gatal dan penasaran di dalam hati karena tidak bisa turun ke lapangan.
Dua hasilnya ada di dalam tulisan ini.
Entah bagus atau tidak, yang penting, setidaknya rasa penasaran sudah berkurang. Setidaknya, saya masih bisa menikmati beberapa saat sebagai pemburu momen dalam ajang tersebut.
Mungkin, untuk tahun depan, kalau harus menghadapi situasi yang sama, saya akan melakukan langkah berbeda. Rasanya, tidak ada salahnya menyewa kamera.
Satu tahun mungkin bisa ditahan, tetapi kalau dua tahun berturut-turut sih, rasanya sulit juga. Saya terlalu menyukai berada di jalanan berburu obyek dan momen tak tentu.
Ada kegembiraan disana yang tidak mau saya lewatkan.
Bogor, 13 Maret 2020