Foto Hitam Putih Untuk Memberikan Nuansa Kuno

Manusia itu aneh.

Dulu ketika kamera pertama kali lahir, benda ini belum seperti sekarang yang bisa menghasilkan foto berwarna-warni. Sebelum tahun 1861, yaitu tahun dimana Thomas Sutton pertama kali mencetak foto berwarna, semua foto adalah hitam putih.

Memang sebelum itu, yaitu sekitar tahun 1850-an seseorang bernama Levi Hill pernah mengeluarkan foto berwarna. Sayangnya sebagian warna dalam fotonya bukan keluar dari kameranya, tetapi ditambahkan dengan menggunakan tangan. Barulah pada tahun 1861 itu Sutton mengeluarkan versi foto berwarna, meskipun saat itu hanya terdiri dari 3 warna saja.

Sekarang, semua kamera, bahkan yang paling murah dan sederhana sekalipun, sudah pasti akan menghasilkan foto berwarna. Tidak ada lagi kamera yang hanya bisa menghasilkan hitam putih.

Semua berwarna.

Herannya, di abad yang penuh warna ini, ternyata semakin hari jumlah penggemar foto hitam putih semakin bertambah. Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai komunitas fotografi dimana selalu disediakan kolom bagi yang namanya foto hitam putih.

Padahal sejak kelahiran kamera yang mampu memproduksi foto berwarna, keberadaan foto hitam putih seperti terpinggirkan. Foto-foto ini dianggap kuno dan tidak mewakili kemajuan zaman. Koleksi foto hitam putih sepertinya hanya pantas ada di museum.

Tetapi, belakangan ini penggemar foto-foto hitam putih cenderung meningkat. Apalagi sudah banyak software yang bisa menghilangkan warna dari sebuah foto dan membuatnya menjadi monochrome. Belum lagi sekarang hampir semua kamera sudah dilengkapi dengan fitur untuk memotret dalam hitam putih.

Semakin meningkat.

Itulah mengapa manusia itu aneh.

Di suatua waktu mereka meninggalkan foto hitam putih karena tidak modern, tetapi setelah beberapa lama mereka menemukan bahwa foto-foto hitam putih memang memberikan sebuah nuansa unik tersendiri.

Nuansa kuno, jadul, dan sederhana. Berbeda dari nuansa masa kini yang penuh warna-warni melambangkan keceriaan, dan tentunya rumit.

Apakah manusia mulai bosan dengan segala keruwetan dan kemodernan yang dulu mereka idamkan? Apakah mereka ingin kembali ke masa lalu?

Entahlah, tetapi ketika memandang foto hitam putih memang menghadirkan nuansa teduh, tenang, sederhana. Mungkin karena itulah foto-foto seperti ini kembali digemari.

Paling tidak saya menggemarinya, meski saya juga menggemari foto berwarna karena saya menyadari masa lalu tidak bisa diulang dan hanya bisa dirasakan.