Fotografi Human Interest, Apa sih maksudnya?

Terus terang. Ngaku deh. Menerangkan sebuah istilah dalam fotografi itu terkadang menyulitkan karena tidak adanya batasan yang jelas. Perlu waktu cukup lama untuk memahami makna dan juga perbedaaan antara satu kategori dengan kategori lainnya.

Salah satu yang paling sulit untuk dijelaskan adalah tentang apa itu Fotografi Human Interest.

Mengapa sulit? Karena fotografi adalah tentang merekam berbagai momen dalam kehidupan. Jadi, mau tidak mau unsur manusia sulit untuk dilepaskan dalam berbagai kategori fotografi, kecuali tentunya mereka yang bergelut dalam fotografi satwa.

Jadi, tidak heran kalau batasan dan definisi yang jelas tentang apa itu Fotografi Human Interest sendiri sering tercampur aduk dengan berbagai kategori lainnya yang menitikberatkan pada manusia sebagai obyeknya, seperti fotografi jalanan (street photography), fotografi budaya (culture photography), fotografi potret (portrait photography), dan sebagainya.

Apa itu Fotografi Human Interest?

 

 

Fotografi human interest, kalau dalam bahasa Indonesia mungkin diterjemahkan sebagai fotografi humanisme, adalah kategori dalam dunia fotografi yang menekankan pada “manusia” sebagai obyek utamanya. Hanya berbeda dari yang lain, kategori ini memberi tekanan tersendiri pada mood/suasana hati manusia di dalam setiap foto yang dihasilkan.

Kategori ini biasanya menggambarkan kehidupan sang obyek dan keterkaitan emosi mereka dengan lingkungannya. Tujuan akhirnya adalah untuk menghadirkan simpati atau “rasa” di dalam diri yang melihatnya. Oleh karena itu banyak dari penggemar fotografi human interest menyasar obyek yang berasal dari “kalangan bawah” (ekonomi lemah) yang mendukung usaha menarik “simpati”.

Ada beberapa ciri khas dari kategori fotografi jenis ini.

1. Tidak dibuat-buat/natural

Obyek foto dari fotografi humanisme ini tidak diatur. Berbeda dengan fotografi model dimana sang obyek foto akan diberi arahan oleh sang pemotret.

Oleh karena itu biasanya foto yang diambil dilakukan secara “candid” alias tersembunyi. Hal ini juga dilakukan karena unsur natural adalah bagian pentingnya.

Terkadang karena tehnik dan pendekatan yang sama, kategori ini bercampur dengan kategori lainnya, fotografi jalanan.

2. Menekankan emosi dan mimik

Mimik atau emosi baik di wajah atau dalam bahasa tubuh sang obyek adalah bagian terpenting bagi fotografi humanisme ini. Hilangnya bagian ini bisa menggeser sebuah foto menjadi sekedar fotografi jalanan.

Oleh karena itu dalam berbagai foto dari kategori ini dilakukan secara “close up” alias obyek foto difokus sebesar mungkin. Tidak jarang foto-fotonya menjadi sangat mirip sebuah potret. Lagi-lagi membuat kategori ini bersinggungan dengan kategori lainnya, fotografi potret.

Tips membuat foto human interest

Meskipun bukan seorang ahli, tetapi selama bergelut di dunia potret memotret ini, ada beberapa hal yang biasanya saya lakukan untuk menghasilkan foto human interest. Pendekatannya tidak berbeda jauh dengan fotografi jalanan yang saya sukai.

1. Jeli melihat situasi

Karena fotografi human interest tidak jauh berbeda dengan fotografi jalanan, seorang fotografer kategori ini harus jeli melihat situasi di lapangan.

Jangan berjalan terlalu cepat karena kalau hal itu dilakukan akan besar kemungkinan banyak obyek yang potensial luput dari pandangan kita.

2. Kamera harus siap beraksi

Momen yang ditunggu biasanya hadir hanya sekejap. Mereka adalah bagian dari kehidupan yang akan terus berubah setiap saatnya.

Oleh karena itu penggunaan berbagai tehnik rumit fotografi justru bisa menyebabkan hilangnya sebuah momen yang potensial. Biasanya penggunaan mode auto adalah yang terbaik karena dengan begitu, kita tidak perlu berpikir lagi tentang bagaimana pengaturan setting kamera yang terbaik.

Meskipun demikian, seorag fotografer berpengalaman bisa mengatasinya karena ia secara naluriah akan mengganti setting kamera dalam waktu yang singkat.

3. Penggunaan zoom

Karena mayoritas sasaran atau obyek adalah orang yang tidak dikenal, ada baiknya menghindarkan perasaan tidak suka yang mungkin timbul akibat mengarahkan kamera kepada mereka.

Penggunaan lensa tele ukuran 70-200 atau 300 bisa menjadi pemecahannya. Dengan begitu sang obyek tidak menyadari kalau lensa kamera sedang mengarah kepada diri mereka.

4. Meminta izin

Memang, kalau sang obyek tahu bahwa dirinya dijadikan sasaran, ada kemungkinan kalau mereka akan bersikap kurang natural. Meskipun demikian, terkadang hal itu adalah yang terbaik untuk menghindarkan ketersinggungan yang bisa menghadirkan sesuatu yang kurang enak.

5. Mengaburkan Background

Entah dengan bokeh atau menggelapkan, latar belakang dibuat kabur. Hal ini akan membantu agar perhatian utama yang melihat akan langsung terfokus pada emosi, mimik, atau bahasa tubuh sang obyek.

Background kalau memang dirasa tidak terlalu berhubungan atau berkaitan langsung dengan cerita yang disampaikan, bisa dihilangkan. Lagi pula, efek-efek seperti ini bisa membantu menambah nilai artistik foto.

 

6. Pilih karakter yang kuat/unik

Mau tidak mau sebuah foto human interest akan mengandalkan pada manusia. Oleh karena itu memilih obyek yang memiliki sesuatu yang “menarik” adalah kunci.

Menarik atau kuat dalam hal ini bisa diterjemahkan secara beragam tergantung ide apa yang hendak dikemukakan oleh sang fotografer. Bisa saja karena sang obyek memiliki keunikan dari sisi wajah, bahasa tubuh, pakaian dan sebagainya.

7. Titik beratkan pada wajah 

Bagian wajah adalah bagian tubuh manusia yang bisa mencerminkan perasaan atau emosi. Oleh karena itu menitikberatkan pada muka seseorang akan membantu menghasilkan sebuah foto human interest yang menarik.

Rumit yah kalau baca teorinya. Memang! Lebih rumit lagi menulisnya.

Baca Juga :

Mungkin, berdasarkan pengalaman saya, cara terbaik untuk memahami dan mencari cara terbaik untuk mendapatkan foto-foto human interest adalah bukan di depan layar komputer. Jalan terbaik adalah dengan melakukannya langsung di jalanan.

Denagn turun langsung ke jalan dan mempraktekkannya, maka kita akan mendapatkan sendiri “tone” dan apa yang kita kehendaki.

Jadi kawan. Ambil kamera Anda dan mulailah berburu “manusia”.