Mode auto atau auto mode memang sangat menyenangkan. Semuanya dibuat menjadi mudah. Kamera DSLR/Mirrorless bisa menjadi sebuah kamera point and shoot, cukup arahkan dan jepret. Namun, bagi banyak fotografer hal itu kalah menyenangkan dibandingkan menggunakan mode manual.
Mau tahu alasannya kenapa? Karena mode manual memberikan ruang untuk berkreasi sesuai dengan keinginan sendiri yang lebih luas. Pemotret tidak lagi hanya sekedar mengikuti apa yang ditetapkan oleh kamera dan ia bisa berimprovisasi agar hasil fotonya sesuai dengan idenya.
Sebagai contohnya, mode auto kamera umumnya mengatasi masalah kurangnya cahaya biasanya dengan meninggikan ISO setinggi-tingginya bahkan sampai 6400 atau 12800. Namun, hal ini banyak tidak disukai fotografer yang lebih berpengalaman karena menghadirkan noise dalam hasil foto. Banyak yang lebih suka tetap memakai ISO rendah dalam kondisi demikian dan lebih memilih mengatur shutter speed.
Hal ini sulit dilakukan kalau memakai mode auto. Mode ini menetapkan pengaturan kamera secara keseluruhan pada setting yang ditetapkan oleh produsen dalam softwarenya. Tidak bisa diubah.
Namun, untuk beralih ke mode manual, banyak pemotret pemula yang merasa kebingungan. Mode yang ini memberikan sang pemotret kewenangan untuk mengatur setting kameranya, tetapi hal itu hanya bisa dilakukan kalau pemotretnya memahami berbagai teori fotografi, terutama Segitiga Exposure. Tanpa itu, seseorang tidak akan bisa menggunakan mode manual dengan baik.
Nah, bila Anda sedang belajar fotografi dan ingin mencoba memanfaatkan mode manual, ada baiknya tidak langsung melakukannya. Setidaknya ada 3 fitur yang perlu dicoba dulu sebelum melangkah ke sana.
Yang pertama : Shutter Priority
Kodenya Tv di kamera Canon dan S pada Fuji atau Nikon. Fitur ini jika diaktifkan akan memberikan perintah pada kamera, bahwa “pengaturan shutter” atau istilahnya kecepatan buka rana/diafragma akan berada di tangan pemotretnya. Selebihnya kamera yang mengatur.
Dengan kata lain pemotret akan diajak berlatih memahami tentang shutter speed, sebagai contoh apa efek kecepatan 1/2000, 1/1000, 1/500 dan seterusnya pada hasil foto.
Yang kedua : Aperture Priority
Kodenya AE atau A pada kamera DSLR tergantung merek. Fitur ini akan memberikan kekuasaan mengatur besar bukaan diafragma pada kamera kepada pemotret. Sisanya akan diatur oleh komputer kamera.
Anda bisa mencoba berbagai variasi diafragma, seperti f5.6/f7/f8 atau tergantung kemampuan lensa, sedangkan komputer kamera akan menyesuaikan faktor selebihnya.
Yang ketiga : ISO
Fitur ini bisa dipergunakan kalau mode auto tidak diaktifkan. Biasanya fitur ini ikut aktif kalau shutter atau aperture priority diaktifkan, tetapi tergantung jenis kamera.
Anda bisa mengatur berbagai variasi penggunaan ISO dan menyerahkan faktor lain kepada kamera.
Dengan menggunakan fitur ini seorang pemotret bisa belajar memahami dampak dari naik turunnya ISO pada hasil foto.
Memang untuk membiasakan diri dengan fitur-fitur di atas akan butuh waktu dan ada banyak tantangan. Oleh karena itu, mencoba penggunaan fitur-fitur itu harus dilakukan secara rutin.
Namun, kalau Anda sudah mengerti dan terbiasa menggunakan 3 fitur di atas, Anda sudah bisa menggunakan mode manual kamera Anda. Semua itu karena inti dari mode manual adalah ketiga faktor itu tadi, tentunya dengan banyak tambahan lain.
Anda bisa mengembangkan kreativitas dalam memotret sesuka hati. Meskipun demikian, jika Anda tidak nyaman melakukannya, mode auto pun bukan sesuatu yang jelek dan akan tetap bisa menghasilkan foto yang baik.