4 Tips Memilih Blog Untuk Belajar Fotografi

Pernah merdapatkan pengalaman sudah mengikuti “tips/trik memotret dan membuat foto yang baik” tetapi hasil foto kita terasa tetap jelek? Saya rasa di zaman sekarang banyak orang yang mengalami hal demikian.

Ada banyak kemungkinan mengapa hal itu bisa terjadi, tetapi ada satu alasan penting yang kerap tidak disadari menjadi penyebab. Alasan itu adalah salah dalam memilih website atau blog untuk belajar fotografi.

Iya.

Hasil foto Anda jelek bisa saja disebabkan oleh hal itu.

Internet memang menyediakan berbagai informasi dan pengetahuan. Tidak salah kalau seseorang mencari tips dan tutorial di sana. Hanya saja, sama seperti hadirnya hoaks, yang harus disadari adalah bahwa apa yang ditulis di sana “belum tentu” ditulis ahlinya.

Sayangnya, dengan kebebasan yang diberikan mesin pencari, tidak semua artikel itu dibuat oleh orang yang ahli atau setidaknya paham dengan apa yang ditulisnya. Sudah menjadi rahasia umum kalau para pembuat konten sering lintas batas dan membahas sesuatu yang sebenarnya tidak dikuasainya dengan baik.

Apalagi, fotografi merupakan salah satu bidang yang belakangan menjadi sangat tren dan menarik minat masyarakat untuk digeluti.

Fakta ini mengundang semua penulis konten untuk menjaring pembaca dari pasar orang yang tertarik kepada dunia fotografi. Meskipun mereka tidak paham tentang kamera atau teknik standar, seperti Rule of Thirds , mereka tetap menulis dengan cara penulisan ulang dari sumber lain saja.

Hasilnya, berbagai konten berisi tips dan trik yang mereka buat sebenarnya sering tidak tepat karena tidak berdasarkan pada pengalaman dan pemahaman mereka.

Jadi, jangan pernah heran kalau Anda sudah membaca berbagai tutorial di sebuah blog, tetapi hasil foto Anda tetap terasa jelek. Mungkin karena tutorial, tips dan trik yang Anda baca berasal dari orang yang tidak tahu beda aperture dan shutter speed saja.

Serius!

Karena saya pernah menemukan banyak tulisan seperti ini. Salah satunya ditulis tentang “10 kamera terbaik” dan ternyata menelaah caranya membuat tulisan itu adalah sekedar melakukan “riset” membaca dari website lain, tanpa pernah mencoba kamera yang dinilainya sendiri.

Padahal, kamera itu pasti punya kelebihan dan kekurangan. Tanpa mencobanya sendiri, bagaimana bisa menilainya?

Banyak lagi tulisan yang saya tahu dari blogger yang terkenal juga, tetapi tidak pernah bergelut di dunia fotografi. Isinya terasa tidak jelas dan ngawur sekali.

Itulah kenapa saya pikir langkah pertama untuk belajar fotografi, terutama secara otodidak adalah dengan memilih blog/website yang tepat. Tidak sekedar mengikuti apa yang ditampilkan oleh mesin pencari, seperti Google.

Prinsip Keteraturan Dalam Bidang Foto : Kunci Foto Enak Dilihat

Ada beberapa tips untuk memilih blog untuk belajar foto. Tidak sulit melakukannya dan hanya butuh kejelian sedikit untuk menilai.

1> Tidak memakai kata PASTI, WAJIB, HARUS, dan kata Bombastis

Aneh memang sarannya, tetapi belajar dari pengalaman dan pemahaman tentang fotografi, tidak ada PASTI, WAJIB, HARUS, CEPAT atau kata-kata bombastis

Fotografi itu adalah seni dan tidak ada fotografer yang paham fotografi akan bisa memastikan hasil fotonya bagus. Mereka hanya bisa terus berusaha menurut pengetahuan dan skillnya, tetapi tidak merupakan kepastian.

Seorang fotografer juga tidak akan menjanjikan hasil instan yang ada dalam kata CEPAT. Belajar fotografi akan membutuhkan proses. Bahkan ada seorang pengajar fotografi yang menyuruh muridnya belajar menggambar dulu sebelum memegang kamera.

Biasanya yang menggunakan kata-kata bombastis adalah mereka yang tidak paham dan sekedar menargetkan agar tulisannya dibaca saja. Bukan benar-benar ingin membuat Anda pintar.

Jadi, cari website atau blog yang menggunakan kata-kata normal, tidak bombastis. Abaikan yang menjanjikan sesuatu yang instan.

2> Memajang foto hasil karya sendiri

Kalau penulisnya memajang foto dari Pixabay, Pexels, atau berbagai sumber lain, tanpa pernah menampilkan hasil karyanya sendiri, tanda bahaya sebaiknya menyala.

Bagaimana bisa belajar memotret dari seseorang yang tidak bisa membuktikan teori yang diajarkannya?

Apalagi kalau dari sumber foto gratis seperti yang disebut di atas.

Tentu dalam menulis, terkadang kita membutuhkan rujukan dari sumber lain. Normal saja. Tetapi, kalau ia tidak pernah memperlihatkan hasil karyanya, anggap saja berarti penulisnya tidak bisa membuktikan kesesuaian antara perkataan dan hasilnya.

Kalau Anda menemukan yang seperti ini, Anda perlu berpikiran bahwa ia mungkin penulis yang baik, tetapi belum tentu seorang fotografer darimana Anda bisa belajar.

3> Blognya berisi macam-macam

Jika blog yang Anda temukan berisi berbagai macam topik dan bukan sekedar fotografi, sebaiknya sedikit waspada.

Bukan berarti jangan percaya karena tetap saja ada fotografer yang senang mengulas banyak hal. Bagaimanapun, manusia biasanya memiliki multi talent. Namun, tetaplah sedikit pasang alarm karena ada kemungkinan mereka hanya menargetkan untuk mendapat pembaca saja.

Perhatikan poin 1 dan 2 kalau dalam situasi seperti ini dan nilai, apakah tulisannya bisa dipakai untuk memberi pengetahuan atau tidak.

Niat Membeli Kamera Full Frame

4> Blog yang penuh review kamera

Sederhana saja, jika sebuah website atau blog hanya membahas dan mengulas kamera saja, situs itu bukan tempat yang baik untuk belajar fotografi.

“Toko kamera” bukanlah tempat yang baik untuk belajar fotografi.

Tujuan seorang penulis membuat tulisan berisi ulasan tentang kamera pada dasarnya bersifat promosi. Sulit untuk berharap meningkatkan skill fotogafi dari sebuah toko kamera di internet.

Lagi pula, fotografi bukanlah sekedar tentang kamera.

Nah, kalau Anda bisa menerapkan semua ini saat mencari blog untuk belajar fotografi lewat internet, Anda sudah akan memilah artikel dan tulisan yang mungkin hanya sia-sia saja untuk dibaca.

Itulah yang saya lakukan dalam belajar fotografi secara otodidak. Dengan cara itu juga saya menemukan banyak tulisan tips, trik, tutorial fotografi yang sebenarnya tidak akan memberi apa-apa selain membuang waktu saja.