Nasib seorang fotografer itu kerap kali ditentukan bukan oleh seberapa pengetahuannya tentang fotografi atau seberapa mumpuni skill mengoperasikan kamera yang dipunyainya. Terkadang nasibnya diputuskan oleh hal-hal yang lebih remeh lainnya. Salah satunya adalah seberapa bersih lensa kamera yang dipakainya.
Tidak percaya?
Beberapa tahun yang lalu, ketika saya masih seorang pemula, dalam sebuah perjalanan ke Bali dan menonton pertunjukkan Tari Barong, saya terpukau oleh keindahan tarian kebanggaan Pulau Dewata tersebut. Lalu, saya sibuk merekamnya untuk menunjukkan kepada orang lain tentang betapa indahnya tarian tersebut.
Cukup banyak juga foto yang dibuat.
Tetapi, setelah sampai di rumah, ada kekecewaan yang hadir dalam hati setelah mengamati hasil fotonya.
Ada “cacat” kecil yang tidak disadari dan terlewat saat mengambil foto-foto tersebut. Saking asyiknya berwisata ke sana kemari hari itu dan terpesonanya saya pada banyak hal di pulau Bali, saya tidak menyadari bahwa lensa kameranya kotor. Mungkin ada embun atau sidik jari di lensanya.
Hasilnya, yah menyebalkan juga. Meski secara keseluruhan masih bisa memperlihatkan warna-warna tarian tersebut, tetap saja terasa kurang enak dilihat karena ada satu bagian dimana kotornya lensa mempengaruhi hasil.
Seperti di bawah ini contohnya
“Embun putih” di antara penari itu adalah hasil dari sebuah lensa yang kotor.
Padahal, hal seperti itu mudah dibersihkan dan kalaupun tidak membawa peralatan pembersihnya, saya bisa mengelapnya dengan kain pembersih kacamata dan tidak akan menimbulkan goresan.
Sayangnya, saya tidak memperhatikan.
Akhirnya, demi menghilangkan bagian “kotor” dalam foto tersebut, saya lebih sering memperlihatkan foto ini dalam hitam putih saja. Dengan menghilangkan warna dan sedikit penambahan kontras, maka bagian cacatnya itu tidak akan terlihat lagi.
Tapi, yang terbaik tetap, perhatikan kebersihan lensa kalau tidak mau kekecewaan itu datang. Banyak momen yang tidak bisa terulang.
Sebuah pelajaran penting yang sering terlupakan.