Fotografi Bukan Ilmu Pasti

Fotografi Bukan Ilmu Pasti
Lawang Sewu, semarang 2018

Berapa hasil 1 + 1? 2, pasti! Berapa kalau 4 ditambah 6? Hasilnya pasti 10. Yah, memang demikian adanya. Matematika disebut ilmu pasti karena hasilnya sudah pasti ditetapkan.

Nah, sekarang coba tambahkan “Rule of Thirds” (Aturan Sepertiga) + obyek cantik + latar Belakang pemandangan indah.

Akankah hasilnya sebuah foto yang bagus?

Tidak jamin sama sekali. Bisa saja hasilnya blur dan tidak jelas karena pemotretnya kurang ahli. Mungkin saja, hasilnya terlalu terang karena salah mengatur setting kamera. 

Banyak sekali kemungkinan yang bisa terjadi. Hasilnya tidak bisa ditentukan.

Itu semua karena pada dasarnya, fotografi bukanlah ilmu pasti. Fotografi lebih mendekati “seni” dimana unsur-unsur di dalamnya kalau digabungkan tidak akan langsung menjadi sebuah foto yang enak dilihat.

Tidak ada yang bisa memastikan hasilnya akan seperti apa.

Itulah mengapa, bahkan para fotografer senior dan berpengalaman berpuluh tahun memotret pun akan memotret lebih dari satu kali untuk obyek yang sama. Mereka akan berusaha mengarahkan kamera dari berbagai sudut dan dengan berbagai setting.

Mereka berdasarkan pengalaman dan teori akan berusaha mencari cara dan setting agar hasilnya tajam, jelas, dan menarik perhatian. Mereka berusaha adaptif terhadap situasi, lingkungan pemotretan, obyeknya, dan bahkan mood dirinya sendiri.

Semua dilakukan untuk memperbesar peluang mendapatkan hasil yang “terbaik”.

Sayangnya, justru hal sederhana seperti ini banyak yang tidak dipahami oleh para blogger, yang mungkin jam terbang dalam hal memotret sebenarnya rendah sekali. Banyak dari mereka yang mengumbar berbagai tips dan teknik dengan embel-embel ‘Pasti” bagus dan menarik.

Mereka sebenarnya hanya mementingkan menarik orang untuk membaca tulisannya daripada mengungkapkan sebuah fakta, yang diketahui para fotografer atau penggemar fotografi, yaitu “Fotografi bukanlah ilmu pasti”.

Tidak ada yang namanya teknik ajaib untuk memastikan hasil foto akan bisa mengundang ketertarikan dari yang melihat.

Tidak ada yang namanya tips super bahwa hasil foto akan memukau.

Yang ada adalah usaha terbaik dari si pemotret.

Selebihnya akan terserah yang melihat.

2 thoughts on “Fotografi Bukan Ilmu Pasti”

  1. Saya pikir rule of thirds ini lebih cocok dipake saat pemotretan food photografi di dalam sebuah studio kayaknya, Mas. Meskipun masih juga harus dilakukan pengambilan gambar beberapa kali, tapi setidaknya settingannya itu masih bisa diatur-atur, termasuk sumber cahayanya yang tentu saja artificial karena rata-rata di ruang tertutup bukan natural lighting yang harus disesuaikan dari jam berapa ke jam berapa. Seperti untuk pemotretan pas foto 3×4 itu misalnya (tapi foto seperti itu sepertinya emang gak ada nyeni-nyeninya sama sekali yak) 😂

    • Rule of thirds bisa dipakai segala macam sih Mbak.. Ga cuma food. Saya biasa memakai itu kalau memotret model, bahkan muka juga bisa. Tinggal penerapannya saja yang kadang butuh kreatifitas.

      Soal lighting sih sebenarnya tergantung selera juga. Mau tengah hari bolong asal tahu setting yang pas bisa kok, cuma memang cahayanya agak keras.

      Motret makanan di luar juga bisa bagus loh.. jangan salah 😀

Comments are closed.