Ada Kebiasaan Buruk Yang Lahir Karena Fotografi

Kebiasaan Buruk Yang Lahir Karena Fotografi
Red Sushi, Bogor 2020

Segala sesuatu pasti punya dua sisi, baik dan buruk. Tidak bedanya dengan uang logam yang punya dua sisi, begitulah adanya apapun di dunia ini.

Fotografi diketahui banyak memberi manfaat bagi manusia. Dengannya, manusia bisa melihat kembali berbagai momen di masa lalu yang menyimpan kenangan baik atau buruk. Dengan fotografi juga, manusia bisa melihat langsung gambaran tentang sebuah peristiwa yang terjadi di suatu tempat.

Jangan lupakan dari tangan para fotografer juga lahir berbagai karya seni.

Tetapi, tidak berarti fotografi sempurna tanpa keburukan. Hal yang seperti itu tidak ada di dunia. Segala sesuatu pasti ada imbangannya, prinsip Yin dan Yang berlaku juga di dalamnya.

Selama menggeluti fotografi, sebagai seorang penghobi atau fotografer amatiran, saya menemukan banyak hal buruk yang saya lakukan.

Contoh sederhananya adalah ketika sedang makan siang bersama keluarga di sebuah restoran kecil, Red Sushi. Alih-alih menyibukkan diri dengan bercengkerama bersama keluarga, mata saya lebih sibuk mencari obyek yang mungkin dijadikan sasaran.

Tata ruang restoran biasanya menyediakan garis-garis simetris yang bagus kalau dijadikan sebuah foto.

Belum lagi ketika makanan yang dipesan keluar. Bukannya berdoa sebelum makan, biasanya hidangan yang disajikan dijadikan sasaran kamera dulu.

Dan, sepertinya masih banyak lagi kebiasaan buruk yang tumbuh sejak saya menekuni fotografi.

Terkadang, keluarga bisa menerima, tetapi tidak sekali dua juga mereka merasa sebal karena kebiasaan seperti ini.

Hal itu sangat bisa dipahami mengingat saya pada akhirnya terfokus pada mencari kesenangan sendiri dan melupakan kebersamaan yang seharusnya terbangun.

Sebuah fakta kecil bahwa fotografi tetaplah buatan manusia, tidak sempurna. Dia juga akan menghadirkan kebiasaan buruk jika tidak dikontrol oleh manusianya.

Bogor, 19 April 2020 (di tengah wabah Covid-19 yang tidak tahu pasti kapan akan berakhir)