Pelajaran Berharga Yang Didapat Dari Fotografi Yang Patut Direnungi

Pelajaran Berharga Yang Didapat Dari Fotografi Yang Patut Direnungi
In Frame : Aida Wijaya, Angkor Wat 2019

Pernahkah Anda melihat beberapa foto yang menggunakan obyek yang sama, kemudian lokasi pemotretan yang sama, tetapi memberikan nuansa dan kesan yang berbeda ? Pasti sudah pernah, bahkan mungkin sering karena biasanya seseorang akan memotret lebih dari satu kali di zaman ini dengan tujuan menemukan sudut pemotretan yang terbaik dan hasil foto yang paling bagus pula.

Iya kan ?

Yap, memang salah satu pelajaran paling penting dalam dunia fotografi adalah tentang sudut pengambilan gambar atau foto. Seorang yang berniat menjadi fotografer haruslah selalu mencoba menempa diri dan berusaha mencari sudut-sudut yang memungkinkannya mendapatkan hasil terbaik.

Tidak jarang seorang fotografer harus mau belepotan lumpur dan basah kuyup hanya untuk bisa mendapatkan foto yang menurutnya paling bagus.

Tapi, pernahkah kita menyadari bahwa hal yang seperti ini sebenarnya juga mengajarkan sesuatu yang bisa diterapkan dalam dunia nyata, dalam kehidupan sehari-hari?

Kita terbiasa berpola untuk berpegang teguh terhadap sesuatu yang kita rasa sebagai benar. Tidak jarang hal itu membuat kita “menyalahkan” orang lain karena berbeda pandang dengan kita sendiri. Tidak sedikit yang kemudian merendahkan mereka yang berpendapat berbeda.

Padahal, sebenarnya sudut pandang terhadap “sesuatu” bisa banyak sekali, tidak bedanya dengan begitu banyaknya kemungkinan sudut pengambilan gambar saat memotret. Hal yang sama tidak hanya bisa dilihat dari satu sisi saja, tetapi tersedia ribuan kemungkinan lain.

Hasilnya, jelas akan berbeda. Tidak akan sama.

In Frame : Aida Wijaya, Angkor Wat 2019

Seorang yang memotret dari bawah akan melihat dan membuat obyek terlihat lebih tinggi dari seharusnya. Yang dari samping akan melihat kesan lebih langsing. Yang dari atas, lebih pendek dan kecil.

Padahal, obyeknya sama, di tempat yang sama juga. Perbedaan yang dihasilkan bukanlah dari obyeknya, tetapi dari sudut pengambilan fotonya saja.

Hal itu juga sebenarnya berlaku terhadap apapun di dunia. Sesuatu yang sama akan bisa melahirkan beragam sudut pandang, yang hasilnya bisa berbeda tipis atau berbeda jauh. Tidak akan sama dan pasti berbeda.

Yang mana yang terbagus dan terbaik pada akhirnya tergantung dari selera. Ibu-ibu akan menyukai foto dari samping karena akan memberi kesan lebih langsing dan perutnya tidak kelihatan. Yang bertubuh pendek, mungkin akan menyukai sudut pengambilan foto dari bawah karena akan memberi kesan dirinya lebih tinggi.

Semua bisa memilih sesuai keinginan dan seleranya.

Yang mana yang terbaaik sebenarnya adalah pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh pribadi masing-masing dan tidak bisa dijadikan sama untuk semua orang. Pemaksaan agar orang lain mau menerima pandangan sendiri adalah sebuah kesalahan karena kebebasan menjamin semua orang memiliki hak untuk memilih.

Tidak bisa dipaksakan.

Dan, tidak boleh dipaksakan.

In Frame Aida Wijaya, Lokasi Angkor Wat 2019

Dan, itulah salah satu pelajaran berharga dari sebuah kegiatan kecil bernama memotret yang mungkin seharusnya ditiru dalam kehidupan sehari-hari.

Cobalah melihat segala sesuatu, seperti saat hendak memotret, dari berbagai sudut pandang. Dengan begitu kita akan melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda dan kita bisa merasakan juga berdiri di atas sepatu orang lain.

Pada akhirnya, suatu waktu kita bisa menjadi orang yang bukan hanya bisa mengecam, menyalahkan, merendahkan, tetapi orang yang bisa memahami, mengerti, dan kemudian menemukan solusi. Sesuatu yang rasanya lebih menyenangkan untuk didengar dan besar kemungkinan bisa meredam konflik yang biasa ditimbulkan dari sebuah pemaksaan kehendak atau pendapat kepada orang lain.

Setujukah Anda dengan pandangan ini ?