Tri Trisdiyanti |
Dipikir-pikir, dan setelah membaca begitu banyak artikel terkait dunia fotografi di dunia maya, ternyata yang namanya teknik fotografi itu banyak sekali. Sebut saja dalam hal komposisi foto ada Rule of Thirds, Golden Triangle. Kemudian, pencahayaan ada teknik strobist dan low key. Teknik terkait pemanfaatan fitur kamera, seperti bokeh, teknik panning, dan rasanya masih banyak lagi lainnya.
Tidak heran, ada sebuah universitas di Indonesia (dan juga di beberapa negara lain) memiliki sebuah program studi khusus yang mengajarkan fotografi. Institut Seni Indonesia di Yogyakarta menyediakan program studi Fotografi dalam jurusan Seni Media Rekam.
Sebuah hal yang menjadi pertanyaan tersendiri bagi mereka yang ingin menekuninya dan menjadi fotografer yang baik. Apakah memang semua teknik yang ada perlu dipelajari dan dikuasai ? Bagaimana kalau ternyata tidak bisa, akankah berarti kita seorang fotografer yang jelek?
Pertanyaan yang wajar mengingat begitu banyak yang harus dihapalkan dan kemudian dipraktekkan.
Setelah menekuninya selama kurang lebih 4 tahun, saya sampai pada kesimpulan bahwa sebenarnya TIDAK PERLU.
Tentunya, bukan berarti tidak boleh seseorang menguasai semua teknik itu. Ilmu itu semakin banyak semakin baik. Hanya saja, prakteknya di lapangan seringkali tidak semua pengetahuan tentang teknik itu diperlukan dan dipakai.
Tri Trisdiyanti dan Farida Indriawati |
Contohnya, saya menyukai fotografi jalanan. Kurang gemar saya memotret model, meski kalau untuk teman dan keluarga ya dilakoni juga. Cuma saya lebih suka memotret sesuatu yang natural dan apa adanya yang ditemukan di jalanan.
Tambahlah sedikit-sedikit fotografi landscape alias pemandangan. Namanya manusia kalau melihat pemandangan yang bagus, ya tangan gatel juga untuk menjepret.
Teknik apa yang saya pergunakan?
Tidak banyak sih. Yang paling sering dipakai adalah bokeh untuk menghilangkan latar belakang yang mengganggu. Kemudian, penerapan Rule of Thirds atau Aturan Sepertiga. Selebihnya, saya menemukan justru kepekaan untuk menggabungkan antara semua unsur yang ada di jalanan untuk dimasukkan ke dalam frame berperan lebih penting dibandingkan teknik.
Padahal, saya juga bisa “teknik panning”, “long exposure“, dan beberapa teknik lainnya.
Teknik strobist yang bergantung pada pencahayaan, terus terang, saya tidak kuasai dan kurang tertarik belajar karena bergantung pada perangkat lighting/pencahayaan buatan.
Dan, yang seperti itu bertentangan dengan passion yang menekankan pada unsur alami. Bagaimana bisa menjadi alami karena strobist sendiri biasanya dilakukan di ruang tertutup atau studio dan memerlukan perlengkapan.
Kurang sesuai dengan passion, dan tentunya budget saya.
Jadi, untuk apa saya mempelajari sesuatu yang tidak akan saya pakai? Saya sudah merasa cukup untuk mengetahui apa itu strobist dari membaca teorinya saja. Untuk mempraktekkannya dan belajar lebih lanjut, rasanya tidak berminat.
Dan, apakah itu berarti saya tidak bisa memotret dengan baik?
Farida Indriawati |
Ya, tidak juga sih. Saya pikir hasil jepretan saya tidak begitu jelek. Teman-teman dan keluarga saya justru berpandangan foto-foto hasil karya saya juga bagus.
Komite seleksi tahap II Lomba Foto Wiki Cinta Alam 2019 sepertinya juga berpendapat demikian. Buktinya dua dari 4 buah foto yang saya saya ikut sertakan ke dalam lomba itu lolos sampai tahap II.
Jadi, meski tidak menguasai semua jenis teknik fotografi, saya tetap bisa menghasilkan foto yang lumayan bagus. Tidak jelek-jelek amat.
Berdasarkan pengalaman inilah, rasanya tidak salah-salah amat kalau saya berpendapat bahwa tidak perlu menguasai semua teknik fotografi yang ada. Pelajari saja teknik-teknik yang berkaitan dengan passion kita.
Misalkan yang gemar genre “portrait”, ada baiknya mempelajari bokeh, low-key, atau beberapa teknik pencahayaan lainnya. Tidak perlu memaksakan untuk belajar terlalu dalam teknik long exposure atau panning. Toh bakalan jarang dipakai untuk membuat potret seseorang.
Jadi, pilihlah saja beberapa teknik yang akan mendukung passion kita. Tidak harus memaksakan harus bisa dan menguasai semuanya. Lebih baik, mempelajari beberapa saja, tetapi secara mendalam.
Begitulah pandangan saja dalam hal ini.
(Model : kawan-kawan lama semasa SMA di SMA Negeri I Bogor. Izin sudah didapatkan untuk menayangkan foto-fotonya. Coba tebak berapa usia mereka?)
Dulu, saya kira asal udah lama pegang kamera ya bisa lgsg jadi fotografer hebat.
Tapi ternyata ada banyak hal yang harus dipelajari, saya suka baca2 ttg fotografi meskipun akhirnya suka lupa lagiπ
Saya boleh tebak? Kira2 usianya 50 atau 60 ya…?
Hahahaha..tambah prakteknya Mbak..biar g lupa
Hampir..baru 49 saja ππ