Yang Terjadi Di Balik Layar Sebuah Karya Foto

Yang Terjadi Di Balik Layar Sebuah Karya Foto

Banyak orang menyangka bahwa sebuah karya foto yang mereka lihat dibuat dalam waktu yang pendek. Memang sih, di zaman dimana media sosial begitu merasuki jiwa hampir setiap orang, hal itu bisa dimaklum karena biasanya banyak orang akan langsung mengupload foto yang mereka buat sesaat setelah foto itu diambil.

Bisa dimengerti lah kalau banyak orang berpikir kalau semua foto yang mereka lihat berasal dari proses yang sama. Padahal, sebenarnya tidak juga, setidaknya tidak semua. Masih ada hal-hal di balik layar sebuah karya foto yang kerap tidak diketahui oleh yang melihat.

Salah satu contohnya adalah foto di bawah ini

Foto ini saya beri judul “Woman on Kartini Beach, Rembang”. Bukan judul yang heboh tetapi merupakan fakta karena ada wanita, yang entah sedang apa di pantai Kartini, Rembang, Jawa Tengah. Foto ini dipotret saat berkunjung kesana, bulan Desember yang lalu.

Idenya memang untuk menampilkan suasana sunyi dalam sebuah foto. Secara teori mudah saja, yaitu dengan menerapkan prinsip KISS (Keep It Simple Stupid) sebanyak mungkin, latar belakang kosong dan bersih dari gangguan, dan memanfaatkan negative space semaksimal mungkin.

Teorinya begitu.

Cuma kenyataannya, tidak semudah itu.

Memotret :

Wanita dalam foto itu hanyalah seorang pengunjung Taman Kartini, sama seperti saya juga. Saya tidak mengenalnya sama sekali, artinya, sangat tidak mungkin untuk memintanya berpose. Bisa jadi malah dia akan curiga kepada saya hendak berbuat yang kurang ajar. Belum lagi kalau mantan pacar saya curiga dan ujungnya menjadi marah kalau saya melakukan itu, bisa gaswat banget deh.

Jadilah, saya harus menjadi seperti “pemburu” yang menanti terjadinya decisive moment. Menunggu sampai ada dimana pose sang “model” yang tidak tahu dirinya menjadi obyek kamera, bersesuaian dengan berbagai elemen lain, seperti latar belakang dan sebagainya.

Untung, saat berkunjung disana ada lensa Canon 55-250 mm dengan zoom yang lumayan, jadi pemotretan bisa dari jarak lumayan jauh dan tidak mengganggu aktivitas sang model.

Tidak mudah sama sekali. Saya harus mencoba berulangkali dari berbagai sudut untuk bisa mendapatkan satu foto sesuai ide di kepala. Perlu setidaknya 10 kali jepretan.

Beberapa foto yang setelah kembali ke rumah dilihat dan dinilai, dan tentunya tidak diperlihatkan kepada orang lain ada di bawah ini :

Yang Terjadi Di Balik Layar Sebuah Karya Foto

Yang Terjadi Di Balik Layar Sebuah Karya Foto

Wanita di Pantai Kartini rembang

Wanita di Pantai Kartini rembang

Wanita di Pantai Kartini rembang

Yap, wanita, sang model itu, sebenarnya sedang sibuk dengan dirinya sendiri. Ia bolak balik mencari posisi untuk melakukan swafoto, sebuah kebiasaan yang lahir seiring berkembangnya kamera smartphone dan media sosial. Bukan seperti saya yang hobi memotret orang lain.

Jadi, sejak tahap awal, yaitu memotret, sebenarnya proses di belakang layarnya sudah “berbeda” dari yang dibayangkan banyak orang. Paling tidak, berburu foto ini menghabiskan waktu 15 menit untuk memastikan ada satu foto yang sesuai ide.

Kali ini saya beruntung, ada hasilnya. Tidak jarang sebenanrya, walau satu foto saja bisa menyenangkan, terkadang saya pulang membawa tangan kosong karena hasilnya tidak ada yang sesuai kemauan.

Selesai? BELUM.

Memilah :

Dari sekitar 10 foto tadi, sesampai di rumah, saya harus memilah dan memilih. Mana yang terbaik dikaitkan dengan apa yang ingin ditampilkan.

Beberapa foto cukup dilihat sekali. Sisanya, barulah dilihat berulangkali lagi untuk melakukan penilaian lanjutan, tapi yang paling utama adalah apakah sudah sesuai ide yang dikehendaki.

Akhirnya, terpilihlah foto di bawah ini :

Postur tubuh sang “model” misterius ini pas sekali dengan latar belakang kosong dan satu buah kapal yang sedang tambat sauh di kejauhan. Setidaknya kesan sunyi dan kesepian bisa diwakili oleh sang wanita yang seperti sedang menanti seseorang yang berada di kapal itu.

Itu ide saya.

Jadi, inilah foto “terbaik” dari yang ada.

SELESAI?

Ternyata masih belum.

Editing :

Foto tersebut dihasilkan dalam format RAW, alias mentahan saja. Tidak bisa langsung ditampilkan karena tidak semua perangkat bisa membukanya. Belum lagi ukurannya yang mencapai 23 Megabyte pasti akan menyusahkan kalau diupload.

Lagi, satu proses harus ditambahkan, melakukan editing.

Hitam Putih dipilih dibandingkan berwarna karena untuk menghadirkan kesan sunyi dan sepi yang maksimal. Versi warnanya lumayan, tetapi terasa masih ada yang kurang.

Jadilah versi B&W yang ditetapkan.

Softwarenya sederhana saja, memakai Photoscape dan Picasa. Yang gratisan saja sudah cukup karena toh bukan untuk dijual, tetapi sekedar untuk mengisi blog.

Selesai?

Yah, masih belum juga.

Niatnya kan untuk berbagi foto dan cerita di blog, berarti harus ditambah teks supaya pembaca bisa tahu setidaknya dimana foto itu dibuat. Belum kalau niatnya untuk berbagi info, seperti di tulisan ini.

Iya kan?

Tidak pendek kan proses di balik layar sebuah karya foto. Padahal foto di atas sederhana banget, tetapi ternyata prosesnya melibatkan :

  1. Memotret : yang tidak sebentar juga
  2. Memilah dan emmilih : lupa menghitung waktunya
  3. Mengedit : sebentar sih, sekitar 1 jam saja (karena cuma mengatur kontras dan beberapa editing kecil lainnya
  4. Menampilkan : ini yang lama, karena termasuk mencari ide cara menampilkan 

Tapi ga semua seperti di atas sih. Biasanya yang proses di belakang layar ini dilakukan mereka yang menekuni fotografi saja. Prinsip memberikan yang terbaik biasanya dipegang dan lebih baik tidak terburu-buru dibandingkan hasilnya pada akhirnya mengecewakan.

Itulah mengapa sebenarnya banyak penghobi fotografi tidak terlalu mempedulikan apakah ada “wi-fi” di kamera mereka atau tidak. Kalaupun ada, biasanya jarang mereka pakai. Itu semua karena mereka merasa harus melakukan proses di balik layar sebelum menampilkan sesuatu.

Bagaimana dengan Anda, apakah foto yang Anda tampilkan melalui “proses di balik layar” yang serupa?

1 thought on “Yang Terjadi Di Balik Layar Sebuah Karya Foto”

  1. wah keren juga ya gan hasil editing nya, satu foto bisa menjadi bermacam macam bentuk dan makna, jadi pengen nih belajar editing 😉

Comments are closed.