Ada Saat Dimana Teknik Memotret Menjadi Nomor Dua (Atau Tiga)

Ada Saat Dimana Teknik Memotret Menjadi Nomor Dua (Atau Tiga)

Banyak orang berpendapat untuk menimbulkan rasa, emosi, seorang fotografer harus mengeluarkan semua kemampuan dan pengetahuannya tentang teknik memotret yang baik dan benar. Memang salah satu tujuan utama dari sebuah foto adalah membangkit rasa dan emosi dalam diri yang melihat.

Sebenarnya pendapat itu tidak tepat benar. Ada banyak saat ketika teknik memotret tidak lah menjadi sesuatu yang penting dan berada pada posisi nomor 2 atau 3 atau 4 atau bahkan sepuluh.

Contoh saat seperti ini adalah pada acara kumpul keluarga, seperti pada saat Lebaran atau acara ulang tahun atau berwisata dengan keluarga. Saat seperti ini kemampuan memotret seringkali bisa diabaikan.

Cukup dengan memastikan semua orang masuk ke dalam bidang foto.

Tidak perlu bokeh. Tidak perlu lurus. Bahkan, agak kabur sedikit sekalipun juga tidak masalah selama wajah mereka-mereka yang di dalam foto bisa terlihat. Meski tentunya foto yang tajam dan cerah tetap diharapkan, tetapi hal itu bukanlah sesuatu yang mutlak.

Rasa itu akan tetap timbul .

Hal ini bisa terjadi karena bagaimanapun kamera dan memotret memiliki fungsi utama untuk merekam momen. Dan, foto itu suatu waktu akan menyimpan kenangan seorang atau beberapa manusia di suatu tempat dan pada suatu waktu.

Baca juga : Dua Fungsi Utama Fotografi

Dan, suatu waktu foto-foto itu, di saat dilihat ulang beberapa tahun kemudian, secara otomatis akan membangkitkan kenangan di masa itu. Tergantung dalam situasi seperti apa foto itu dibuat, maka rasa itu akan kembali dibangkitkan. Entah rasa sedih, gembira, bahagia, marah, akan mencuat kembali di saat foto itu disajikan di hadapannya.

Tidak peduli apakah sudah sesuai dengan berbagai teori fotografi atau tidak, percayalah emosi akan hadir di dalam hati mereka yang melihat.

Coba saja hadirkan sebuah foto lama dari seorang anak berusia 3 tahun beberapa belas tahun kemudian kepada seorang ibu. Hampir pasti rasa yang hadir di hatinya lebih mendalam dibandingkan dengan ketika ia memandang foto model cantik atau pemandangan.

Sang ibu akan merasa bahwa foto itu lebih berharga dibandingkan apapun. Semua karena foto itu membangkitkan berbagai kenangan di dalam hatinya tentang sang anak yang sudah beranjak dewasa.

Tidak peduli foto itu diambil serampangan dengan tangan atau kaki terpotong, yang dianggap fotografer sebagai sebuah kesalahan.

Saat dimana teknik memotret tidak penting sama sekali adalah ketika foto menjalankan fungsi asalnya, yaitu merekam momen dan kemudian membangkitkan kenangan tentang suatu masa. Pada saat itu, fotonya sendiri secara teknis tidaklah bagus, tetapi semua menjadi bagus karena ia membangkitkan kenangan akan hal-hal tertentu di suatu masa.

Masih tidak percaya? Cobalah melihat foto-foto saat masa sekolah dulu bersama teman-teman lama. Pastilah Anda akan tidak peduli akan berbagai teori fotografi. Yang penting diri Anda berada disana bersama teman-teman. Apalagi bila ada di antara mereka yang sudah berpulang.

Iya kan?