Kemajuan Teknologi Membuat Fotografi Mendekati Seni Lukis

Kemajuan Teknologi Membuat Fotografi Mendekati Seni Lukis

Mungkin terdengar mengada-ada mencoba menyamakan fotografi dengan seni lukis. Dan, sebenarnya tidak ada niat untuk membuatnya menjadi sama. Keduanya adalah bidang yang berbeda satu dengan yang lain.

Meskipun demikian, perkembangan teknologi kamera dan juga aplikasi pengedit citra, suka tidak suka, mau tidak mau mendorong fotografi mempersempit jarak dengan saudaranya dalam hal menghasilkan image atau gambar, yaitu seni lukis.

Seni lukis biasanya bermula dari kanvas kosong yang kemudian diisi dengan gambaran dari apa yang tergambar di benak pelukisnya. Meskipun ada orang atau benda yang dijadikan model, tetapi apa yang terlihat pada kanvas sebenarnya adalah cerminan dari apa yang dilihat oleh pelukis dari modelnya.

Bukan seratus persen modelnya sendiri.

Pelukis pemandangan tidak melukis sesuatu yang benar-benar sama dengan lanskapnya sendiri. Yang dilukisnya adalah gambaran keindahan yang ada di otaknya.

Disana terselip berbagai ide dan perasaan pelukisnya.

Sekarang bandingkan saja dengan fotografi digital di masa sekarang.

Pernahkah Anda melihat aliran air yang menyerupai kapas dalam kehidupan nyata? Kemungkinan besar tidak sama sekali. Tetapi, hal itu bisa dilihat dalam foto-foto karya fotografer yang menggunakan teknik “long exposure” (atau membuka diafragma dalam waktu yang lama). Buih-buih air bertumpuk sehingga menjadi seperti kapas.

Atau teknik bokeh yang membuat latar belakang menjadi blur, atau kabur. Pernahkah hal itu terlihat dalam kehidupan nyata? Jawabnya tidak. Belum lagi kalau ditambahkan teknik bubling yang membuat cahaya menjadi seperti “garis warna yang memanjang.

Aliran air berbentuk seperti aliran kapas, latar belakang yang sangat blur, semua tidak ada di dunia nyata. Adanya di benak sang fotografer dan kemudian diterjemahkan ke dalam fotonya.

Di masa lalu, hal itu sulit dilakukan karena keterbatasan fitur dan peralatan untuk melakukannya. Coba saja bandingkan dengan kamera pertama yang dibuat. Hal ini sama sekali tidak bisa dilakukan. Kamera awalnya hanya berfungsi membuat rekaman momen saja.

Tetapi, saat ini, bahkan seorang pemegang kamera yang tidak terlalu mahir sekalipun bisa melakukannya. Banyak fitur otomatis yang bisa membuat kamera melahirkan foto seperti ini, foto yang mencerminkan ide daripada apa yang benar-benar terlihat.

Kamera tidak lagi hanya sebagai alat untuk merekam suatu momen tertentu saja. Perangkat ini berkembang menjadi sebuah alat yang bisa menerjemahkan apa yang dibayangkan oleh pemegangnya.

Tidak berbeda dengan kuas dan kanvas bagi pelukis.

Tambahkan lagi dengan hadirnya berbagai aplikasi pengedit citra yang bisa merubah apapun sesuai dengan kemauan operatornya. Hal ini memastikan bahwa jarak pemisah antara fotografi dan seni lukis menjadi semakin dekat.

Fotografi menjadi semakin mendekati definisi filosofisnya, yaitu “melukis dengan cahaya”. Padahal melukis sendiri merupakan kegiatan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari seni lukis.