Untuk Menjadi Fotografer Pro Butuh Lebih Dari Sekedar Skill Memotret

Untuk Menjadi Fotografer Pro Butuh Lebih Dari Sekedar Skill Memotret
Istana Bogor dan Kolam Gunting, 2017

Sudah berapa ribu jam Anda habiskan untuk berlatih memotret dan menghasilkan karya yang memukau? 1000? 2000? atau 10000 jam? Bagaimana hasilnya, sudah bagus kah dan sudah mendapat berapa puluh ribu LIKE di Instagram? Berapa pengikut Anda? 100 ribu?

Nah, apakah setelah Anda sukses di semuanya itu, foto luar biasa bagus, ratusan ribu LIKE sudah dikantungi, dan ratusan ribu follower sudah diraup di media sosial, Anda sudah langsung menjadi fotografer pro (profesional)?

Jawabnya, BELUM. Dengan huruf besar.

Sama sekali belum. Anda tetaplah hanya fotografer amatir atau penggemar fotografi saja. Jauh sekali dari yang namanya fotografer profesional.

Yakin? Sangat yakin dalam hal ini. Meski kemampuan saya memotret pasti di bawah Anda, kalau sudah begitu, tetap Anda  belum menjadi fotografer pro.

Alasannya sederhana saja.

Pro atau profesional berasal dari kata profesi. Profesi sendiri adalah sebuah bidang pekerjaan yang ditujukan untuk menghasilkan “uang”. Profesional berarti sudah memenuhi standar-standar yang ditetapkan oleh profesi terkait.

Jadi, walaupun Anda sudah berhasil menghasilkan foto yang memukau, jika hal itu dilakukan hanya sekedar untuk iseng dan pamer di media sosial, maka Anda bukanlah fotografer pro. Jauh dari itu.

Paling-paling Anda akan disebut “seperti” pro, tetapi sebenarnya bukan pro.

Berdasarkan titik tolak inilah, jika seseorang mau menjadi fotografer pro, maka ia butuh lebih dari sekedar kemampuan fotografinya. Jauh lebih banyak dari itu.

Seorang fotografer pro harus merubah tujuannya memotret menjadi penghasilan dan uang. Ia harus bisa memasarkan diri agar kemampuannya bisa terjual dan dirubah menjadi uang. Ia harus bisa menarik orang mau menggunakan jasanya. Ia harus mampu meyakinkan orang dan memenangkan kompetisi dari sesama fotografer pro.

Untuk itu ia butuh berbagai skill lain, seperti skill promosi, negosiasi, pemasaran, dan masih banyak lagi hal lainnya. Bukan hanya sekedar skill memotret saja.

Oleh karena itu, sebagus apapun foto yang dihasilkan, jika seseorang benar-benar berniat menjadi fotografer profesionak, maka ia juga harus mau belajar berbagai hal lain untuk melengkapi apa yang sudah ada.

Tanpa itu semua, maka ia hanyalah fotografer amatir saja.