Model : Istri Sendiri |
Terhenyak juga membaca sebuah tulisan di sebuah blog yang membahas fotografi. Kaget dan langsung lah dahi berkerut ketika membaca salah satu bagian yang menyebutkan bahwa salah satu alasan orang melakukan “street photography” atau fotografi jalanan adalah karena “minim peralatan”.
Kata penulisnya seperti screenshoot di bawah ini.
Kaget juga membacanya. Di zaman dengan internet dimana-mana, masih saja ada orang yang tenggelam dalam kungkungan pemikiran bahwa “fotografi itu adalah tentang alat yang dipakai”/ Padahal, sudah ribuan tulisan dibuat para pakar bahwa fotografi itu lebih dari sekedar alat yang dipakai.
Tulisan itu seperti mengatakan bahwa fotografi jalanan adalah genre untuk orang miskin yang tidak punya peralatan. Mungkin yang dimaksud adalah seperti tripod, kamera mahal, filter, dan banyak lagi lainnya. Jadi fotografi jalanan adalah untuk orang yang baru saja punya kamera.
Mungkin dalam benak penulisnya ada gambaran ideal bahwa yang namanya fotografi adalah orang yang kemana-mana membawa lensa segede termos, tripod mahal, peralatan lighting, dan memotret model yang dibayar.
Jadi, fotografi jalanan yang memotret kehidupan orang di jalan dianggap sesuatu yang recehan saja.
Sedih saja mendengarnya.
Karena kenyataannya tidak demikian. Banyak nama terkenal seperti Henri Cartier Bresson, Eric Kim, Bruce Gilden bukanlah orang miskin. Mereka mempergunakan peralatan kamera yang harganya bahkan lebih mahal daripada yang mungkin dipunyai si penulis artikel ini. Nama-nama yang disebutkan di atas memakai kamera berlensa Leica yang harganya mahal sekali.
Bukan. Bukan hanya orang miskin yang menggemari fotografi jalanan. Banyak orang yang kaya dan punya uang banyak pun terjun ke dalamnya karena mereka menemukan passion-nya disana. Bukan karena mereka tidak mampu membeli peralatan mahal. Pastilah mereka mampu membeli banyak alat fotografi karena uang hasil menekuni fotografi jalanan yang mereka dapat lebih dari cukup.
Mereka mampu, tetapi mereka tetap memilih fotografi jalanan sebagai genre yang dianutnya.
Terasa konyol sekali membaca tulisan seperti itu mengingat bahwa ulasan mengenai nama-nama terkenal di genre yang merekam kehidupan orang di jalanan ini sudah banyak sekali ditulis. Parah sekali kalau masih beranggapan seperti itu.
Disinilah terlihat bahwa saran dari banyak fotografer terkenal, seperti “Buy books not gear” (Beli buku bukan alat) atau “Fotografer harus banyak membaca” terlihat kebenarannya. Berfokus pada alat dan kamera tanpa menambah pengetahuan hanyalah mempersempit sudut pandang seseorang. Pada, akhirnya, ia mengeluarkan pernyataan yang sebenarnya memperlihatkan ketidakluasan pengetahuannya.
Kalau saja ia mau membaca lebih, setidaknya tulisan-tulisan di internet terkait fotografi jalanan, tentunya ia tidak akan mengatakan bahwa fotografi jalanan dilakukan karena minim peralatan tambahan. Ia tidak akan berani mengklaim bahwa fotografi jalanan adalah genre untuk orang miskin yang tidak mampu membeli aneka peralatan fotografi saja.
Terus terang konyol sekali yang seperti itu.