Beda Pelukis Dan Fotografer – Dalam Hal Titik Startnya

Beda Pelukis Dan Fotografer - Dalam Hal Obyeknya

Konyol yah terdengarnya. Anak kecil pun tahu beda pelukis dan fotografer. Yang pertama menggunakan kanvas dan kuas untuk menghasilkan karyanya. Yang terakhir menggunakan kamera. Hasil karyanya yang satu berupa lukisan dan yang lain berupa foto.

Belum ditambah dengan orangnya yang beda dan namanya juga beda. Jelaslah keduanya adalah hal yang berbeda.

Jadi, bolehlah kalau mau tertawa jika ditanya yang seperti ini.

Hanya, sebenarnya ada satu perbedaan mendasar, secara filosofi, yang membedakan dua profesi yang menghasilkan karya visual. Perbedaan inilah yang menghasilkan pendekatan yang bertolak belakang saat menghasilkan karyanya.

Ungkapan bernada filosofis ini dikemukakan oleh Darren Rowse, seorang blogger dan seorang fotografer juga. Ia memiliki dua buah blog sukses dalam kedua bidang itu. Yang satu Problogger yang membahas mengenai blogging/ngeblog dan yang satu lagi Digital photography School, tentunya di bidang potret memotret.

Ia mengatakan perbedaan mendasar dari pelukis dan fotografi ada pada titik awalnya. Penjelasannya, sebagai berikut : (intinya saja dan bukan kutipan langsung)

1. Pelukis memulai dari kanvas kosong dan kuas. Kemudian ia berkreasi memvisualisasikan apa yang ada di kepalanya ke dalam bentuk visual di atas kanvas itu. Hasilnya bisa sederhana bisa rumit. Bisa dikata pelukis memulai dari obyek yang tiada dan menjadikannya ada. Titik startnya ada di 0 alias tiada.

2. Fotografer, justru sebaliknya. Obyek yang dipergunakannya sudah ada dan bahkan sangat banyak. Yang dilakukannya untuk menghasilkan karya visualnya adalah membuatnya menjadi sesederhana mungkin. Ia harus bisa memilah dan membuang yang tidak perlu sampai bentuk yang sangat sederhana. Titik startnya 100.

Titik start antara keduanya berbeda jauh. Yang satu dimulai dari yang paling sederhana, alias tidak ada. Yang satu lagi memulai dari titik maksimum dan bergerak ke arah titik minimum.

Keduanya akan berhenti pada titik keseimbangan, yaitu ketika bentuk visual yang diinginkan hadir dan memberikan rasa puas hadir di dalam diri mereka.

Kalau dipikir-pikir, benar juga. Bahkan sangat benar apa yang dikatakan si Darren Rowse. Memang begitulah adanya.

Oleh karena itulah hadir prinsip KISS dalam fotografi yang bermakna “Tetap Sederhana, Bodoh!”. Dimana para fotografer didorong untuk menyederhanakan apa yang dilihatnya sesederhana mungkin.

Itulah beda pelukis dan fotografer.

Anda setuju boleh. Tidak pun tidak masalah. Bagaimanapun, apa yang dikatakan blogger dan fotografer sukses itu adalah opini dan bukan kebenaran mutlak. Tetapi, apa yang dikatakannya tidak melenceng dari fakta yang ada.