Entahlah, sebuah pertanyaan besar di zaman digital seperti sekarang ini, mampukah seorang fotografer bertahan dan menonjol hanya dengan mengandalkan kamera dan kemampuannya memotret saja.
Kalau diperhatikan “semua” foto yang mengundang decak kagum yang melihat sudah melalui yang namanya “post-processing”, alias proses sesudah foto keluar dari kamera. Setiap foto yang bagus sepertinya sudah mendapat sentuhan tambahan via Photoshop atau berbagai photo software editing lainnya.
Sepertinya sulit untuk seorang fotografer “murni”, apalagi yang hanya mengandalkan kamera dengan “cropped sensor” untuk bisa mengimbangi kemampuan para fotografer yang juga mahir menggunakan Photoshop.
Bahkan, zaman pun sudah mendorong para fotografer untuk tidak lagi 100% bergantung pada kameranya untuk bisa mendapatkan perhatian dari masyarakat.
Jadi, sepertinya memang tidak ada jalan lain lagi bagi para fotografer selain harus meninggalkan idealisme fotografi adalah tentang melukis dengan cahaya, seperti yang banyak digadang-gadang. Bisa dikata fotografi sudah tidak sepenuhnya mengandalkan cahaya, tetapi memerlukan sentuhan prosesor komputer juga.
Hanya pertanyaan lanjutan, berapa persen kah kemurnian fotografi harus dikorbankan? 10%? 20%? atau bahkan perlukah menjadi setengah fotografer setengah seniman digital untuk bisa berhasil di dunia ini?