Polwan Selfie Itu Manusiawi dan Bukan Masalah Kalau Tahu Batasnya

Polwan Selfie Itu Manusiawi Kalau Tidak Berlebihan
Car Free Day Bogor 2018

Memang sih, bisa dimengerti kalau Pak Tito Karnavian prihatin melihat banyaknya polwan selfie dan kemudian memamerkannya di media sosial. Orang nomor satu itu tentunya melihat dari sudut pandang seorang pimpinan yang khawatir kalau anak buahnya terlalu sibuk berselfie ria dan melalaikan tugas. Ia juga tentunya khawatir kalau ada pelanggaran etika yang bisa memberi nama buruk pada korps yang dipimpinnya.

Wajar.

Sama wajarnya juga dengan para polwan yang melakukan selfie itu sendiri. Bagaimanapun, polwan (polisi wanita) juga manusia. Tentunya, mereka juga butuh hiburan, kegembiraan, dan juga tampil layaknya wanita (dan pria) lainnya.

Apalagi, banyak juga polwan masa kini yang memiliki paras wajah cantik, manis, dan enak dilihat. Masyarakat pun suka melihatnya. Hal ini juga membantu terbentuknya sisi humanis korps kepolisian dan membantu menumbuhkan kedekatan dengan masyarakat.

Jadi, polwan selfie bukanlah sebuah masalah besar, walau keprihatinan boss mereka pun bisa dimengerti.

Yang terpenting dalam hal ini adalah masing-masing bisa mengerti batas, kapan dan dimana mereka selfie. Jangan seperti kasus polwan di Cina/Tiongkok yang melakukan selfie dengan seragam polisinya, tetapi tanpa mengenakan celana. Tentunya hal ini akan menghadirkan citra buruk bagi kepolisian. Tetap ada batas aturan dan etika yang tidak boleh diterobos.

Sepanjang selfie dilakukan tidak berlebihan, baik dalam frekuensi dan cara, juga dilakukan tanpa mengganggu tugas pokok mereka, yaitu menjaga masyarakat, rasanya masyarakat pun tidak akan protes dan mempermasalahkan.

Bahkan, kalau perlu ikut serta melakukannya bersama-sama untuk menunjukkan kedekatan aparat dan warganya.

Meskipun demikian, saya tidak akan melakukannya, walau polwannya cantik sekalipun, saya pilih memotret dengan kamera sendiri. Masalahnya, kalau saya selfie bareng dengan polwan cantik, bisa-bisa “kumendan” di rumah akan manyun dan menyebut saya genit. Susahlah saya karena sudah pasti Pak Tito Karnavian tidak akan mau membantu meredam kemarahan “kumendan” saya.