Pintu Perlintasan RE Martadinata Bogor 2017 |
Banyak yang mengira bahwa fotografi jalanan selalu merupakan hasil dari spontanitas seorang fotografer dan hasil fotonya adalah obyek yang acak dan tidak disengaja. Padahal, sebenarnya hal itu tidak demikian. Banyak foto yang dihasilkan para fotografer jalanan sering merupakan sebuah hasil pemikiran dan perencanaan.
Hal itu bisa dilakukan karena biasanya sang pemotret mengenali situasi lingkungan pemotretan. Dengan memahami pola kehidupan di tempat tersebut, kemampuan sang pemotret dalam mengantisipasi apa yang mungkin terjadi akan meningkat.
Foto di atas adalah salah satu contohnya.
Meski saya hanyalah fotografer jalanan abal-abal, saya sangat mengenali kebiasaan yang sering terjadi di sebuah pintu perlintasan kereta, bukan hanya di Bogor tetapi hampir dimanapun. Apalagi, pintu perlintasan yang satu ini yang sudah saya lewati ratusan kali.
Ketidaksabaran, egoisnya para pemotor yang tidak mau menunggu kereta lewat adalah pemandangan sehari-hari. Jadi, saya bisa mengantisipasi bahwa hal yang sama akan berulang terus.
Kapan kereta lewat pun bisa diperkirakan dengan mendengarkan suara bel dari pintu kereta elektronik. Tidak perlu menengok.
Yang saya lakukan hanyalah menunggu sampai momen dan obyek yang paling menarik hadir.
Pada saat semua saya rasa “pas” , saya menekan tombol shutter release.
Pengenalan terhadap situasi sebuah lingkungan adalah hal yang perlu dalam menjalani fotografi jalanan. Dengan mengenali sebaik mungkin dimana pemotretan akan dilaksanakan, maka seorang fotografer akan bisa mengenali “pola” dari kehidupan di wilayah itu. Dan, pemahaman terhadap pola itu akan memberikannya kemampuan untuk mengantisipasi apa yang mungkin terjadi.
Pada akhirnya, hal itu akan bisa membantunya dalam memberikan cerita pada fotonya.
Jadi, tidak selamanya foto di jalanan adalah hasil sebuah spontanitas. Banyak yang dihasilkan dengan perencanaan sejak awal.