Fitur Mode Auto merupakan fitur standar yang ada dalam setiap kamera. Kamera saku, Prosumer, DSLR, atau Mirrorless akan selalu diperlengkapi dengan fitur ini.
Fitur ini disediakan untuk memberikan kemudahan penggunanya yang tidak mau terlalu repot memikirkan tentang bagaimana memadukan ISO, Aperture, atau Shutter Speed.
Dengan fitur ini, memang seorang pemotret berarti menyerahkan pengaturannya pada si kamera itu sendiri, aloas memakai setting standar yang disediakan oleh pihak pabrikan.
Praktis dan tidak pusing.
Meskipun demikian, sebagian masyarakat dunia fotografi menganggap menggunakan mode auto sebagai sebuah “kelemahan” tersendiri. Banyak dari mereka yang berpandangan bahwa meletakkan semua tanggung jawab mengatur setting pada kamera menunjukkan bahwa sang pemegang kamera tidak memiliki skill fotografi yang mumpuni.
Apalagi, kalau definisi fotografi sebagai “Melukis Dengan Cahaya” dipakai. Penggunaan mode auto dianggap kurang memberikan aspek “melukis” karena semua pengaturan diletakkan pada hasil pemikiran orang lain dan bukan dari diri sendiri layaknya sebuah karya seni.
Betul kah demikian?
Coba kita lihat sedikit beberapa alasan mengapa orang menggunakan mode auto ini.
Alasan menggunakan mode auto kamera
1) Tidak paham tehnik fotografi
Yap. Betul sekali. Memang ada bagian dari pengguna kamera yang sama sekali tidak memahami apa itu ISO, Aperture, atau Shutter Speed.
Otomatis, dengan tidak mengerti tentag hal-hal itu maka mereka tidak akan bisa melakukan setting yang diinginkan. Oleh karena itu maka mereka menyerahkan pada sang kamera untuk mengurusnya sendiri.
2) Malas
Bisa jadi karena malas belajar yang berakibat pada no 1 atau memang benar-benar sedang malas berpikir.
Yang terakhir bisa terjadi lo! Namanya manusia terkadnag rasa malas hadir dan membuat otak seperti tidak mau bergerak untuk berpikir hal-hal yang rumit.
Bukan berarti tidak bisa, tetapi karena dorongan rasa malas saja.
3) Kebutuhan
Mungkin terdengar mengherankan, tetapi ada banyak kategori dalam dunia fotografi yang justru mengandalkan mode auto. Contohnya adalah fotografi jalanan.
Berbeda dengan fotografi studio atau pra wedding atau landscape, dimana obyek bisa diatur atau bersifat statis sehingga waktu pengambilan keputusan lebih panjang, fotografi jalanan seringnya hanya memiliki waktu sangat pendek.
Hal itu karena fotografer jalanan tidak bisa mengatur obyeknya yang merupakan orang-orang tidak dikenal. Oleh karena itu mereka harus memutuskan untuk memotret atau tidak dalam waktu sepersekian detik.
Waktu yang tidak cukup sama sekali untuk berpikir tentang ISO atau Aperture yang cocok.
Wartawan foto dan jurnalis olahraga pun kerap menggunakannya.
4) Mementingkan Komposisi
Menghasilkan sebuah foto yang bagus bukan sekedar tentang tehnik mengendalikan kamera saja. Ada bagian lain yang justru terlepas dari kameranya, yaitu Komposisi.
Komposisi sebuah foto adalah cerminan dari ide yang ada di kepala sang pemegang kamera. Hal itu juga memakan waktu dan tentunya kalau ditambah lagi dengan berpikir mengenai setting yang pas untuk ide tersebut bisa membuat kepala tambah ruwet.
Ada banyak fotorafer yang memutuskan untuk menekankan pada komposisi fotonya dibandingkan pengaturan kameranya.
Apakah bisa menghasilkan foto bagus dengan mode auto?
Bagus atau tidak adalah sebuah hal yang relatif dan subyektif. Tidak bisa disamaratakan.
Tetapi, dengan semua kemajuan tehnologi kamera dewasa ini, sebuah foto bagus dan menarik tidak lagi hanya tergantung pada kemampuan seorang fotografer mengoperasikan kameranya. Hal itu justru sudah bergeser pada “kemampuan” nya untuk menerjemahkan ide di kepala dalam foto-fotonya.
Kemampuan mengatur settingan kamera bisa memberikan ruang lebih dalam kreatifitas, tetapi bukan lago sebuah hal yang mutlak.
Oleh karena itu, bahkan dengan menggunakan mode auto pada kemranya, banyak orang awam bisa menghasilkan foto yang tidak kalah dengan fotografer pro.
Kelemahan mode auto
Tidak ada gading yang tidak retak. Pasti ada juga kelemahan atau kekurangan kalau terbiasa memakai mode auto.
1) Pengetahuan tidak bertambah
Mau tidak mau. Praktis dan tidak ribeut.
Hasilnya, kita tidak lagi mau tahu dan belajar tentang apa itu ISO , Aperture dan lain sebagainya. Seperti punya prmbantu rumah tangga yang mengerjakan semua urusan sehingga kita tidak lagi tahu cara memasak.
Bahkan yang sudah ahli mengatur settingan kamera bila ia berpindah ke mode auto terlalu lama, suatu waktu kemampuannya menyetting kamera pun akan berkurang. Bagaimanapun mengoperasikan kamera adalah skill yang harus terus diasah.
Kondisinya tidak berbeda dengan pemain sepakbola berbakat yang tidak berlatih. Akan ada perubahan dalam dirinya.
2) Tidak selalu sesuai dengan keinginan
Namanya dibuat secara standar, tentunya berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh perancang dan pembuatnya. Bisa hasilnya sesuai kemauan, bisa juga tidak.
Dengan kata lain, tetap akan ada sikon dimana hasil foto yang dihasilkan tidak sesuai dengan ide yang ada di kepala tentang sebuah obyek.
Bagi saya sendiri, fitur mode auto adalah sebuah opsi. Kadang saya pakai, kadang tidak.
Oleh karena itu, menggunakan mode auto tidak menunjukkan apa-apa. Terlalu banyak variabel dalam sikap manusia untuk bisa memutuskan apakah yang menggunakan karena mereka tak tahu, malas, atau karena kebutuhan.
Lebih baik tidak membuat sebuah prasangka berdasarkan sesuatu yang tidak jelas.
Lagi pula, fotografi tidak bisa lepas dari kemajuan tehnologi. semakin banyak fitur yang dibuat untuk memudahkan pemegang kamera menghasilkan gambar yang baik, mode auto adalah salah satu fitur itu.
Juga, baik atau buruknya hasil sebuah foto, tidak pernah hanya terletak pada pengetahuan tentang tehnik mengatur setting kamera saja. Banyak hal lain di dalamnya.
Jadi, ikut kata Gus Dur, “gitu aja kok repot”, saya pilih mengatakan jangan dibuat masalah kalau memang Anda hanya bisa atau mau menggunakan mode auto saja. Tidak usah dipikirkan kalau ada yang bilang “nggak pro”.
Percayalah, yang mengatakan akan terdiam kalau foto hasil jepretan dengan mode auto terlihat bagus. Karena bagaimanapun fotografi adalah tentang hasil, tidak peduli cara mendapatkannya, sebuah foto yang menarik dan enak dipandang akan tetap diapresiasi.
(Catatan : semua foto di artikel ini dihasilkan dengan menggunakan mode auto Fujifilm Finepix HS 35 EXR)