Aslinya Tidak Sebagus Foto : Kasus Belanja Online

Pernah berbelanja via internet? Pasti lah sudah pernah. Kalau belum justru mengherankan di zaman seperti sekarang ini apa sih yang tidak bisa dijual secara daring (online). Mulai dari pakaian dalam hingga tanaman sudah diperjualbelikan melalui internet.

Praktis. Mudah. Tidak perlu capek pergi ke tempat jual beli. Cukup duduk di depan komputer dan kemudian memilih barang yang hendak dibeli dari foto yang dipajang. Klik beberapa tombol. Beres dan tinggal tunggu barangnya sampai di rumah.

Sayangnya, begitu barang diterima, terkadang ada timbul rasa kecewa di hati. “Aslinya tidak sebagus foto yang dipajang di situs”, begitu kata hati pembeli saat memandang, entah baju atau sepatu yang baru diterimanya.

Tertipu?

Jangan dulu.

Tidak perlu langsung berprasangka buruk terhadap si penjual. Walaupun memang cukup banyak orang yang memanfaatkan situs jual beli secara daring untuk berbuat curang, tetapi tidak semua penjual melakukannya.

Banyak pedagang online adalah orang-orang jujur juga yang mencari nafkah di situs-situs seperti ini. Seringkali perasaan itu lebih disebabkan karena ketidakpahaman terhadap sistem jual beli online. Bisa juga mungkin karena rumor memang cepat sekali beredar di dunia maya, berita tentang kecurangan yang terjadi sudah menimbulkan prasangka buruk terlebih dahulu.

Perbedaan antara foto sebuah produk yang dipajang dalam sebuah toko online dengan barang yang diterima terkadang adalah wajar. Terkadang barang aslinya tidak sebagus foto yang ditampilkan bukan karena niatan untuk menipu tetapi karena sang penjual memang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang penjual.

Apa saya membela karena saya  salah seorang aktifis perdagangan online? Bukan. Saya hanya seorang penggemar fotografi. Pernah beberapa kali membeli dan menjual barang juga via daring tetapi bukan dari sana sumber nafkah saya.

Karena bergelut dalam dunia potret memotret ini, saya melihat ada beberapa hal yang sangat mungkin menimbulkan saling silang alias kesalahpahaman dalam bisnis online, terutama yang menjual produk. Dalam hal ini yang terkait dengan urusan foto tadi itu.

Silakan lihat penjelasan di bawah ini.

Mengapa barang aslinya tidak sebagus foto yang dipajang?

1. Penjual melakukan apa yang seharusnya dilakukan penjual

 Di paragraf atas saya menyebutkan bahwa penjual melakukan apa yang seharusnya penjual lakukan. Memang begitu kenyataannya.

Cobalah perhatikan kalau Anda berbelanja di mall saja. Ketika Anda memasuki ruangan atau toko penjual baju, biasanya rak atau etalasenya akan disusun dengan rapih. Settingan ruangan pun diatur sedemikian rupa sehingga setiap benda yang hendak dijual akan dibuat semenarik mungkin. Tujuannya hanya satu, menarik pembeli agar mau merogoh dompetnya untuk membeli barang tersebut.

Bahkan lampunya pun diarahkan dan ditambahkan agar membuat pajangan menjadi eye-catching, alias menarik mata.

Betul tidak?

Jangan salah ya. Penempatan lampu, penataan ruangan dan etalase disusun dengan metode tersendiri agar bisa membangkitkan minat calon pembeli. Tidak jarang perusahaan terkenal akan menyewa art designer (perancang desain) mahal hanya untuk sekedar mengatur etalasenya.

Lalu, apa kaitan dengan foto di toko online?

Penjual di toko online melakukan hal yang sama. Mereka akan juga berusaha agar barang yang dijual terlihat menarik di mata penggemar belanja online.

Caranya bisa beragam. Banyak yang berusaha menonjolkan warna karena ini memang salah satu pemikatnya dengan membuat potretnya dengan latar belakang putih atau hitam ataupun yang memberi nuansa kontras. Hasilnya, memang produknya akan segera tertangkap dengan cepat oleh mata.

Bisa juga dengan memotret dari jarak dekat sehingga “foto” menjadi lebih menarik karena dengan beberapa pemakaian tehnik, seperti bokeh akan sangat membantu membuat mata calon pembeli langsung fokus ke produk.

Itulah mengapa saya mengatakan penjual online hanya melakukan apa yang seharusnya penjual lakukan, yaitu membuat produknya menarik.

Sah kah cara yang mereka lakukan?

Kalau di dunia nyata tehnik yang sama diterima oleh masyarakat, lalu mengapa tehnik yang sama di dunia maya harus dipermasalahkan? Bukankah para travel agen juga melakukan hal yang sama?

Yup. Cara para penjual daring ini sah karena mereka tidak merubah atau menyembunyikan apapun. Mereka hanya menonjolkan “kekuatan” dan “keindahan” dari produk mereka.

2. Dalam sebuah foto bukan hanya ada obyek

Saya tampilkan sebuah contoh lain, tetapi bukan dari toko. Perhatikan foto di bawah ini.

Plumeria. Bunga Kamboja yang asalnya bukan dari Kamboja di atas rumput.

Apakah Anda akan meliriknya kalau menemukannya? Saya ragukan itu. Jangankan menaruhnya dalam vas di ruangan, bahkan untuk sekedar menoleh saja tidak.

Tetapi, foto di atas. Saya cukup yakin akan menimbulkan sebuah “rasa” dalam hati.

Imajinasi, kawan. Itu yang membuat sebuah bunga yang tidak dilirik bisa menjadi terlihat “indah”. Suka atau tidak suka, ketika Anda ingin memotret sesuatu atau seseorang, maka Anda akan berusaha membuatnya “indah”, “enak dipandang mata”, dan yang pasti menimbulkan “rasa” di dalam hati yang melihat.

Seorang marketer yang handal, entah di dunia online atau nyata akan menargetkan timbulnya rasa ini sehingga yang melihat tertarik untuk membeli. Imajinasi atau idenya akan ikut masuk ke dalam foto yang dihasilkan.

3. Kamera

Seorang pemasar dunia maya yang handal tidak akan segan menginvestasikan sebagian modalnya untuk sebuah kamera dan lensanya. Ia menyadari kalau lensa kamera sering bisa menampilkan sesuatu yang bisa membuat benda yang biasa saja menjadi “sesuatu” yang menimbulkan ketertarikan.

Silakan perhatikan brosur-brosur perumahan, agen perjalanan, penjual pakaian, dan sebagainya.

Meskipun mereka tidak mahir menggunakan kamera semahir para fotografer, mode otomatis saja sering bisa menghasilkan sesuatu yang memikat.

4. Pencahayaan

Sebuah foto yang dipajang di toko online, hampir pasti tidak dipotret dengan kondisi dimana barang diterima. Apalagi tidak jarang foto untuk penjualan akan dihasilkan dalam kondisi pencahayaan yang sangat ideal dan membantu menonjolkan “keindahan” atau “sisi menarik” dari produk.

5. Layar monitor smartphone atau komputer Anda

O ya. Layar smartphone atau komputer yang Anda gunakan sering membuat sesuatu lebih indah dari yang seharusnya.

Smartphone masa kini sangat canggih dan membuat sebuah foto menjadi sangat detail dan kontrasnya sangat tajam. Warna-warna akan terlihat begitu indah dan cerah. Terutama, kalau smartphone atau komputer yang berada di tangan Anda dari versi yang mahal, rasanya warnanya memang akan sangat memukau mata.

Tetapi, masalahnya barang atau produk yang dijual tidak memiliki resolusi tinggi dan ketajaman warna yang sama dengan apa yang dihasilkan layar smartphone atau komputer.

Saya tidak mengatakan tidak ada penjual yang melakukan trik-trik fotografi untuk mendapatkan keuntungan secara kotor. Ada juga yang melakukan pengedittan foto secara berlebihan atau juga menggunakan tehnik-tehnik tersebut secara tidak wajar.

Tetapi, banyak juga mereka yang melakukan pengambilan foto produk dengan cara ala kadarnya tetapi ternyata hasilnya rasa kecewa karena barang aslinya tidak sebagus foto.

Oleh karena itu, saya sarankan kepada siapa saja yang hendak berbelanja online agar jangan terlalu terfokus kepada fotonya. Usahakan kalau Anda sudah merasa tertarik dengan foto sebuah produk, biarkan perasaaan itu mengendap beberapa lama sebelum menekan tombol beli. Biarkan rasa tertarik itu kembali ke titik normal.

Selain itu, jangan lupa untuk tetap membaca spesifikasinya. Kalau memang memungkinkan, mintalah sebuah foto lain dari produk itu sebagai tambahan bahan pertimbangan.

Yang pasti, tetap berhati-hatilah dalam berbelanja online, meskipun jangan pula terlalu berprasangka buruk tentang kecurangan.

Selamat berbelanja online.