Apa itu post-processing dalam fotografi?

Post-processing dalam fotografi adalah istilah yang mengacu pada tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seorang fotografer di luar kamera.

Mungkin banyak yang menyangka kalau sebuah foto yang terlihat menakjubkan dengan kekontrasan warna yang mengundang decak kagum berasal langsung dari kamera. Tetapi, di dalam masa dimana tehnologi sudah demikian berkembang ini, sebenarnya sangat bisa jadi foto tersebut melalui satu tahap lainnya, yaitu pemrosesan di komputer.

Proses post-processing ini biasanya dilakukan dengan phot software editting atau perangkat lunak pengedit citra. Beberapa contoh dari perangkat lunak ini adalah Photoscape atau Adobe Lightroom yang dipergunakan fotografer profesional.

Dengan memakai perangkat lunak ini, sebuah foto setelah ditransfer dari kamera, akan mengalami beberapa penambahan atau pengurangan. Sebagai contoh cropping, penambahan backlight, perubahan kontras warna, membuatnya lebih terang atau sebagainya.

Jadi, bisa dikata sebuah foto sebelum tampil, entah di layar komputer atau baliho, bisa jadi mengalami dua kali proses. Yang satu proses di kamera dan selanjutnya di komputer.

Pro dan kontra post-processing dalam fotografi

Ada perdebatan di dunia fotografi tentang hal ini.

Sebagian mengatakan bahwa tindakan post-processing pada sebuah foto adalah “kecurangan”. Dengan melakukannya, seorang fotografer menghasilkan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka hasilkan dengan kameranya. Mereka menghasilkannya dari komputer.

Hal ini dianggap tidak menunjukkan kapabilitas atau kemampuan sang fotografer sendiri.

Di lain pihak, banyak fotografer yang berpandangan bahwa fotografi harus berjalan seiring dengan manusia. Ketika tehnologi berkembang, maka sah-sah saja memanfaatkan kemajuan tehnologi untuk menghasilkan sesuatu yang lebih indah dan baik.

Apalagi dalam kenyataannya, sebuah foto memang selalu mengalami beberapa langkah proses, bahkan sejak dalam kamera. Banyak yang tidak menyadari kalau sebuah kamera digital pada dasarnya adalah sebuah komputer mini dengan prosesor dan pengolah citra. Begitu pula saat dalam memotret kita sering mengutak atik setting pencahayaan dan lain sebagainya, yang sebenarnya tidak berbeda dengan melakukan post-processing.

Saya sendiri cenderung untuk mengikuti pendapat kedua. Bagaimanapun, kemajuan tehnologi fotografi dan kamera tidak lah seharusnya diabaikan kalau hal itu bisa membantu memberikan hasil yang lebih baik.

Apalagi post processing tidak mengubah banyak. Sebuah foto yang tidak menarik dengan komposisi dan penempatan obyek yang tidak tepat tidak akan menjadi sebuah foto yang luar biasa. Post-processing hanya membantu menyesuaikan beberapa hal sehingga sesuai dengan ide yang ada di kepala sang fotografer.

Tetapi, saya cukup mengerti bahwa terlalu banyak menggunakannya justru bisa mengurangi naluri dan kemampuan. Seorang fotografer yang terlalu mengandalkan proses di luar kamera cenderung menjadi agak abai dengan berbagai tehnik standar fotografi karena yakin bahwa hal itu dapat diedit di komputer.

Oleh karena itu, saya akan seminimal mungkin melakukan post-processing pada foto-foto yang akan ditampilkan.

2 thoughts on “Apa itu post-processing dalam fotografi?”

Comments are closed.