Kunci Menjadi Fotografer Jalanan Adalah Mengamati

Mencari-cari petunjuk bagaimana menjadi fotografer jalanan yang baik ternyata susah sekali yah. Tidak menyangka juga. Padahal genre fotografi yang satu ini kalau membaca berita di media massa dan, tentu saja, banyak blog fotografi katanya semakin tenar di banyak kalangan. Penggemarnya semakin meningkat.

Seharusnya kalau begitu, sudah banyak blog dari para penggemar genre ini untuk sharing atau berbagi entah foto atau tehnik atau pengalaman. Ternyata masih sedikit sekali.

Sayangnya lagi, sebagian besar blog tentang fotografi, kebanyakan masih lebih suka mengulas, kalau tidak tentang kamera, ya tentang teori memotret. Tidak menyalahkan sih, karena tulisan tentang teori atau review kamera pasti akan panen pengunjung. Kalau sudah panen pengunjung tentunya akan berkaitan dengan panen penghasilan dari iklan.

Hasilnya, ya sudahlah, saya coba membuat sendiri saja dengan gaya sendiri.

Nah, pandangan saya, sebuah hal yang harus dimiliki oleh seseorang yang hendak menekuni dunia fotografi jalanan sebenarnya cuma satu. Ini kalau terlepas dari masalah tehnis pemotretan dan kamera ya. Memang hanya satu.

Inti utamanya adalah kemauan untuk peka terhadap lingkungan sekitar. Harus mau mengamati.

Berbeda dengan beberapa genre lainnya dimana kebanyakan obyeknya bersifat statis dan sudah tertentu, fotografi jalanan tidak memiliki hal seperti itu.

Contohnya, kalau fotografi model, maka model cantik bertubuh bagus, atau jelek, sudah tersedia. Ia tinggal memilih background untuk pencahayaan dan seterusnya. Fotografi landscape pun demikian halnya. Bagi mereka yang menekuni genre yang ini hanya perlu memilih lokasi yang menurutnya ideal. Kemudian ia berkeliling untuk menemukan spot-spot yang menurutnya indah.

Jadi, biasanya kalau penggemar genre-genre di atas, sejak keluar dari rumah sudah mengetahui target. Dngan ini mereka sudah menyiapkan strategi untuk pengambilan gambar. Tentu tidak semudah seperti dalam tulisan ini, tetapi ini hanya menunjukkan sebuah pola dari beberapa genre.

Berbeda dengan seorang fotografi jalanan. Sang pemegang kamera seringkali tidak mengetahui apa yang mau dipotretnya di jalan. Boro-boro mengetahui obyeknya apa, terkadang pergi kemana pun akan ditentukan oleh “hati” alias sekenanya saja alias tidak punya tujuan alias yang penting jalan.

Karena itulah, satu-satunya persiapan yang dilakukan oleh fotografer jalanan adalah membersihkan mata dan memastikannya tidak dalam kondisi ngantuk. Sungguh.

Kalau mata ngantuk, rasanya sulit untuk melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitar dengan baik. Inginnya merem terus.

Padahal pengamatan adalah kunci menjadi fotografer jalanan. Dengan mengamati kondisi dan situasi di lingkungan ia berada, seorang fotografer jalanan akan bisa men-scan (maaf kalau bahasanya aneh) lingkungan dan kemudian me-lock perpaduan obyek dan background yang mungkin menarik.

Tanpa mengamati, rasanya sulit untuk melakukan semua itu.

Tidak jarang, paling tidak ini yang saya lakukan kalau sedang hunting, saya menunggu di satu spot, yang menurut saya memiliki background bagus untuk sebuah foto. Lamanya tergantung hati, kalau belum merasa bosan, maka saya akan terus melakukan itu, mencari, mencari dan mencari.

Saya berusaha mengamati lingkungan dimana saya menunggu. Siapa tahu ada obyek menarik yang lewat, jadi tinggal digabungkan dengan backgroundnya. Siapa tahu ada cewek cantik lewat, iya tidak? Jangan berpikiran buruk, seorang cewek cantik adalah obyek yang jelas akan memikat, paling tidak kaum cowok, jadi akan beruntung kalau bisa menemukan yang seperti ini.

Untungnya, semakin terbiasa saya berburu foto ala fotografer jalanan ternyata kemampuan mengamati dan menemukan obyek pun meningkat. Pertama kali rasanya susah sekali mendapatkan satu foto yang menarik (paling tidak buat saya sendiri), tetapi setelah semakin sering menyusuri jalan, ternyata hasilnya membaik. Terkadang membawa dua atau tiga yang bisa memuaskan hati.

Itulah mengapa saya berkesimpulan, kunci menjadi fotografer jalanan
adalah mengamati. Tidak bisa tidak. Kalau tidak mood saja, seringkali
obyek menarik bisa terlewat atau kita terkadang hanya berputar-putar
saja tanpa hasil.

Tanpa kemauan mengamati hampir tidak mungkin bisa menjadi fotografer jalanan.